Brilio.net - Marno adalah seorang kakek berusia 78 tahun yang sehari-harinya berjualan seruling dan juga mainan tradisional di lokasi wisata Ketep Pass yang terletak di daerah Magelang. Tidak sulit untuk menemukan kakek ini, karena dia adalah satu-satunya pedagang yang ada di dalam lokasi wisata. Selain itu, salah satu penanda khas untuk menemui Marno adalah dengan mencari asal suara permainan serulingnya.

Kakek yang biasa dipanggil Mbah No ini biasanya akan menarik perhatian calon pembeli dengan cara memainkan serulingnya. Bisa dibilang Mbah No cukup mahir memainkannya. Mulai dari lagu-lagu nasional seperti Indonesia Merdeka, lagu daerah seperti Apuse, lagu Jawa seperti Sewu Kutho, sampai tembang kenangan semacam Sepanjang Jalan Kenangan mengalun dengan sempurna dari seruling Mbah No.

Permainan seruling Mbah No bisa dibilang mengalun sempurna. Kakek penjual seruling ini berasal dari daerah Muntilan, Magelang. Untuk menuju daerah Ketep Pass, Mbah No biasanya menggunakan jasa angkutan umum dan biasanya akan berjualan setengah hari saja.

Biasanya saya jualan sampe siang. Soalnya kalau sudah jam 2 gitu kadang-kadang angkutan umum sudah ndak lewat. Saya kan naik angkutan ke sininya, kalau ndak ada ya kadang juga saya naik ojek, ucap Mbah No pada brilio.net, beberapa waktu lalu.

Kegigihan Mbah No, tetap mengais rezeki berjualan seruling dan mainan
Mbah No, yang sudah 4 tahun menggeluti pekerjaan ini mengaku bahwa dia biasanya hanya berjualan saat hari libur saja, karena di hari biasa dia bisa sama sekali tidak mendapatkan uang. Sementara saat hari libur, saat banyak pengunjung datang, dia bisa mendapat untung sampai Rp 300.000. Mbah Marno tidak hanya menjual seruling bambu di sana, dia juga menjual gasing tradisional dan juga peluit tradisional yang juga terbuat dari bambu.

Ini barangnya saya biasanya ambil di daerah Muntilan sama di Wonosari. Kalau saya buat sendiri ya satu barang belum tentu jadi satu hari, ujar Mbah No sembari tertawa.

Untuk peluit bambunya, kakek yang mengaku memiliki hobi bermain bulu tangkis ini menjualnya dengan harga Rp 3.000, sementara untuk gasingnya dibanderol Rp 5.000-Rp 6.000 sedangkan seruling merdunya dihargai Rp 5.000. Saat berjualan, Mbah No tampak sangat ramah.

Sosok Mbah No pun mudah dikenali melalui pakaiannya, setelan jas dan celana kain serta kopyah dan sepatu pantofel. Tidak lupa juga ditemani satu gelas susu yang akan dia minum seusai mengalunkan lagu-lagu dari serulingnya.