Brilio.net - Menurut Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO), perbandingan jumlah psikolog dengan populasi penduduk idealnya adalah 22:100.000. Tapi, untuk Indonesia, kondisi ini sangat sulit untuk dicapai mengingat jumlah penduduk Indonesia mencapai lebih dari 200 juta jiwa, sedangkan psikolog yang tersedia hanya berkisar 300 orang. Padahal, masyarakat saat ini memiliki kesibukan yang beragam dan sangat rentan untuk mengalami stres.

Makanya, apa yang dilakukan 10 mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta ini luar biasa membantu dalam mengatasi kekurangan tenaga psikolog ini. Para anak muda itu membuat layanan konsultasi psikologi gratis secara online lewat laman pijarpsikolog.org. Ini merupakan website psikoedukasi dan konsultasi psikologi pertama yang ada di Indonesia.

Kesepuluh anak mudah hebat ini adalah Regisda Machdy Fuadhy, Aulia Kusuma Wardani, Nurul Aisya Beryllia, Sadida Fatin Aruni, Anggrelika P Krestaryaningwidhy, Reno Prasasto, Annisa Azzahra Santifera, Clara Shinta Rosari, Maharany Firdhausya, dan Adyotasalma Danurasti. "Latar belakang adanya pijar ini karena perasaan sedih melihat kondisi anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) yang masih menghadapi diskriminasi oleh lingkungan," jelas Regisda, Presiden Pijar, kepada brilio.net, Selasa (7/7).

Pengalaman menyedihkan itu salah satunya dijumpai saat melakukan penelitian dan pengabdian masyarakat di sekolah inklusi (sekolah yang menggabungkan anak-anak normal dan anak berkebutuhan khusus). Di sekolah tersebut ternyata ABK masih sering mengalami diskriminasi dan dibully oleh anak-anak normal lainnya.

Meski terbilang masih baru, saat ini pijar psikolog telah memiliki 14 orang psikolog dan mahasiswa S2 profesi psikolog yang bergabung untuk memberikan kontribusi membantu sesama melalui konsultasi online. Untuk mengaksesnya pun cukup mudah, cukup mengunjungi pijarpsikolog.org dan mengklik menu konsultasi, maka teman-teman yang bergabung di pijar psikolog akan memberikan pelayanan konsultasi secara gratis untuk setiap permasalahan yang dihadapi.

Ini sebagian kecil bukti bahwa anak Indonesia tidak apatis terhadap kondisi lingkungannya. Kamu pun bisa melakukan sesuai bidangmu.