Brilio.net - Drop Out atau DO bisa jadi momok bagi mahasiswa tingkat akhir. Secarik kertas berisi pernyataan DO bakal membuat kuliah yang dijalankan dengan penuh perjuangan akan berakhir sia-sia.

Begitu juga yang dialami Muhammad Ali Mudzofar. Pria yang sekarang punya usaha jasa sebagai ahli desain vector ini pernah merasakan bagaimana rasanya di DO dari universitas.

Semua berawal ketika Ndop, panggilan akrab Mudzofar berhasil lulus SMA. Merasa punya bakat menggambar sejak kecil, Ndop punya keinginan untuk melanjutkan studi di jurusan seni. Apa daya, keinginannya itu bertolak belakang dengan keinginan sang ibu. Ibunda Ndop berharap dia melanjutkan kuliah di jurusan yang mempunyai prospek kerja yang baik.

"Ibu dan kakakku merasa jurusan seni itu tidak memiliki prospek kerja yang bagus. Akhirnya aku melanjutkan kuliah di jurusan statistika," kenang Ndop kepada brilio.net beberapa waktu yang lalu.

Seiring waktu berjalan, perkuliahan Ndop merasa tak ada halangan berarti. Ia bisa melewati tiap semester dengan hasil yang cukup memuaskan. Sampai akhirnya ia harus berhadapan dengan skripsi.
"Ternyata skripsi itu tidak hanya butuh semangat dan ilmu, tapi juga butuh passion. Nah disitulah aku mulai merasa ada yang hilang. Karena memang passionku bukan di statistika tapi di seni," ungkapnya.

Ikuti passion, Ndop buktikan jika DO bukanlah penghalang untuk sukses

foto: dzofar.com

Merasa tidak ada gairah ketika harus mengerjakan skripsi, Ndop memilih meninggalkan skripsi untuk bekerja di Pulau Bali. Di sana ia ditawari seorang rekan untuk menjadi desainer grafis di salah satu perusahaan swasta di Bali. Disitulah ia merasa menemukan jati dirinya. Dia bisa mengekspresikan segala ide-idenya kedalam bentuk karya seni digital.

Keasyikan bekerja membuat Ndop lupa dengan kewajiban skripsinya. Akhirnya surat DO dari universitas terpaksa dikirim ke rumahnya karena memang masa studinya yang sudah kelewat kedaluarsa.

"Ketika menerima surat pernyataan di drop out itu sebenarnya saya merasa lega, tapi orang tua menangis," tutur pria yang asli kelahiran Nganjuk, Jawa Timur ini.

Akhirnya setelah merasa cukup pengalaman, Ndop memutuskan untuk membuka usaha jasa desain vector. Keahlian ini memang bakatnya sejak kecil dan dia dapatkan dari berbagai pengalaman kerja di bidang seni desain grafis yang ia geluti sejak menjadi mahasiswa.

Ikuti passion, Ndop buktikan jika DO bukanlah penghalang untuk sukses

foto: dzofar.com

Sudah bisa ditebak, di bidang inilah justru ia meraih kesuksesan. Desain vectornya tidak hanya diminati oleh orang Indonesia. Beberapa pesanan dari luar negeri pun mengalir deras. Seperti Amerika Serikat, Australia, Denmark, Belanda, bahkan hingga Rumania.

Lewat jasa desain vector ia juga sanggup membuktikan kepada keluarga. Jika jalan yang ia pilih ternyata mampu membuahkan hasil yang manis.