Brilio.net - Sekolah merupakan tempat bagi anak-anak mendapatkan pengajaran tentang bagaimana mengenal diri sendiri, berguna bagi bangsa dan menjadi anak yang berguna. Demikian jugalah definisi sekolah yang menjadi tempat yang selalu dirindukan seorang anak dari pulau Alor. Demi ke sekolah, gelombang tinggi berani dihadangnya.

Abdul Hafit Minggele (10), usianya tidaklah sekecil nyalinya untuk melewati bentangan lautan demi menempuh pendidikan. Bagi Hafit, seolah adalah tempat yang menyenangkan, sekolah adalah tempat yang selalu dia inginkan.

Hafit, bocah SD yang kayuh sampan 2 jam seberangi lautan ke sekolah

Kesulitan transportasi tidak membuatnya terbatas. Tinggal di sebuah pulau kecil di Alor, NTT, Hafit adalah anak yang memiliki keberanian besar. Dia menerjang lautan dengan sampan kecilnya demi sampai ke sekolah yang berada di seberang pulau tempat dia tinggal.

"Saya ingin jadi polisi, iya, saya ingin jadi polisi," jelas Hafit kepada brilio.net saat ditanya perihal cita-citanya, Selasa (19/5).

Demi mewujudkan cita-citanya menjadi seorang polisi, setiap hari dia harus menempuh perjalanan menuju sekolah selama dua jam di atas sampan. Jika gelombang laut bersahabat, dia hanya menempuh perjalanan selama satu jam. Namun, tak jarang, gelombang tinggi juga dihadangnya, sehingga dia harus berada di lautan selama dua jam. Tapi sekali lagi, dia tidak pernah mengeluh, apalagi menyerah.

Hafit, bocah SD yang kayuh sampan 2 jam seberangi lautan ke sekolah

Orang tua Hafit, Busara Minggele dan Umi Musa, berprofesi sebagai seorang nelayan. Kini Hafit duduk dibangku kelas 5 Sekolah Dasar Alor kecil.

Ke sekolah Hafit menggunakan sampan yang berukuran tak lebih dari satu setengah meter. Dengan sampan sederhana tersebut, dia mengayuhnya sendiri. Dia akan meletakkan tas dan bukunya di depan, sedang dia berada di belakang mengendalikan sampan. Jika gelombang besar, dirinya dan buku-bukunya bisa saja basah kuyup sebelum sampai ke sekolah.

Jarak pulaunya menuju sekolah memang memaksanya untuk mahir melawan derasnya gelombang Selat Mulut Kumbang. Jam 05.00 subuh Hafit sudah meninggalkan rumah dan menyeberangi lautan seorang diri. Jauh dan sulitnya akses pendidikan di daerahnya tidak menjadi halangan untuknya mendapatkan ilmu pengetahuan.

Menyeberang dengan sampan kecil menuju sekolah sudah dilakukan Hafit selama bertahun-tahun, sebab tidak ada akses jembatan ataupun jalan yang menghubungan kedua pulau. Sehingga jalan laut adalah satu-satunya moda transportasi yang dapat ditempuhnya.

Semangat Hafit ini merupakan inspirasi yang dapat dicontoh oleh seluruh anak Indonesia. Bahkan di tengah keterbatasan, masih ada anak-anak seperti Hafit yang dengan semangatnya untuk datang ke sekolah meskipun itu harus dengan sampan.

HOT NEWS: 

Aksi Lahar menantang maut di kawah Merapi demi angkat jasad Eri

Jangan pernah panaskan kembali 6 makanan ini, tak baik bagi kesehatan