Brilio.net - Fransiska Wuda (40), perempuan yang berasal dari Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT), sejak tahun 1998 sudah aktif menjadi relewan untuk posyandu yang ada di daerahnya. Dia sangat peduli perihal tumbuh kembang anak yang ada di daerahnya.

"Ibu-ibu bahkan calon ibu masih jarang yang memahami seperti apa kondisi gizi dan kehidupan baik yang seharusnya untuk anak, saya sangat prihatin jika melihat anak ada yang kekurangan gizi," ujar Fransiska kepada brilio.net, Senin (18/5).

Latar belakang Fransiska bukanlah tenaga kesehatan melainkan seorang ibu rumah tangga, namun kepeduliannya yang begitu tinggi terhadap kondisi kehidupan anak yang membuatnya kemudian terdorong untuk mengabdikan diri menjadi relawan disalah satu posyandu.

Fransiska gencar memberikan pemahaman kepada ibu-ibu tentang anggaran PMT (Pemberian Makanan Tambahan), pentingnya gizi anak hingga pentingnya 1000 hari kehidupan bagi anak.

Jalan yang ditempuh Fransiska untuk menjadi relawan tidaklah mudah, berbagai kendala selalu datang padanya. Latar belakangnya yang bukan tenaga kesehatan kadang membuat masyarakat acuh tak acuh terhadap dirinya, bahkan masyarakat awalnya cenderung tidak percaya dengan Fransiska. Namun, Fransiska tidak menyerah. Tekadnya bulat, bahwa kondisi anak kurang gizi harus diperangi.

"Bagi saya berjuang untuk anak-anak lebih baik adalah pengabdian, jadi saya tidak boleh menyerah sedikit pun," lanjut Fransiska

Kondisi ibu-ibu saat ini memang masih minim yang memahami perihal pentingnya makanan tambahan pengganti asi dan 1000 hari pertama kehidupan. Hal ini berdampak pada tumbuh kembang anak yang terganggu. Makanan tambahan pengganti ASI harus benar-benar diperhatikan. Anak tidak boleh sembarangan diberikan makanan untuk dicerna, mengingat kondisi pencernaan anak sangatlah terbatas.

1000 hari kehidupan pertama juga hal yang mungkin sepele tapi sangat penting untuk mencegah terjadinya gizi buruk yang sesungguhnya mengancam seluruh anak yang baru lahir. Terkhusus di daerahnya, Fransiska sering melihat kondisi gizi kurang terjadi di mana-mana dan itu dapat mengakibatkan kematian.

Dengan segala upaya yang dilakukan, perlahan Fransiska berhasil menyakinkan ibu-ibu yang ada di Sikka untuk lebih peduli terhadap kehidupan anak. Tidak hanya melakukan penyuluhan di posyandu, Fransiska bahkan mengetuk pintu rumah masyarakat untuk memberikan pemahaman pentingnya gizi. Dari rumah ke rumah dia berjalan untuk masa depan anak-anak Sikka yang lebih baik.

Dari kerja keras Fransiska ini, dia juga berhasil menyakinkan pihak desa terhadap anggaran dana desa untuk sosialisasi PMT. Selain pemerintah desa, Fransiska juga berhasil menggalangkan gerakan Rp 2000. Gerakan Rp 2000 merupakan gerakan sumbangan sukarela yang diberikan warga untuk membantu kegiatan posyandu dan PMT.

"Saya berharap tidak ada lagi anak-anak yang sakit karena kekurangan gizi, kita bisa lebih baik jika kita ingin berubah dan mengupayakan perubahan itu," ujar Fransiska.

Fransiska Wuda, di usianya yang terbilang tidak muda lagi, dia tidak berhenti untuk menjadi penggerak di masyarakat demi kebutuhan gizi anak. Sungguh menginspirasi.