Brilio.net - Pluto tidak lagi termasuk dari galaksi bima sakti. Sebenarnya seperti apa sejarah perjalanan Pluto mulai dari bergabung dengan galaksi bima sakti sampai terdepak dari bima sakti?

Observatorium Lowell menjadi tempat di mana Pluto ditemukan oleh seorang astronomi bernama Clyde William Tombaugh. Nama Pluto juga menemui banyak opini. Banyak yang berpendapat bahwa nama Pluto berasal dari tokoh komik Walk Disney yang saat itu sedang naik daun, namun beberapa juga menyakini bahwa Pluto berasal dari salah satu dewa yang diyakini oleh bangsa Yunani.

Pluto sendiri dideteksi untuk membuktikan teori tentang planet ke sembilan yang ada di galaksi bima sakti. Clyde melakukan beberapa pengamatan dan pembuktian bahwa Pluto memang benar memiliki satelit dan bergerak mengorbit matahari. Kemudian pada tanggal 18 Februari 1930, Pluto dinobatkan sebagai planet ke sembilan dari galaksi dengan jarak terjauh dari matahari yaitu, 5900,1 juta kilometer.

Diameter Pluto adalah 2.486 km dengan massa 0,002 dari massa bumi. Ukuran Pluto tidak lebih besar dari ukuran bulan. Sebelum keluar dari galaksi bima sakti, diketahui bahwa Pluto membutuhkan waktu revolusi selama 248,4 tahun dan rotasi 6,39 hari.

Pluto juga memiliki satelit sama halnya dengan bumi. Satelit Pluto bernama Charon yang memiliki diameter 1.196 km. Beberapa waktu berselang, para astronomi pun menemukan bahwa Pluto masih memiliki satelit lain yaitu Nix dan Hydra.

Karakteristik Pluto yang cukup unik berbeda membuat planet ini menjadi sorotan. Bahkan New Horizons sempat diluncurkan khusus untuk meneliti bagaiman Planet terjauh ini bergerak dan berinteraksi dengan berbagai fenomena yang terjadi di galaksi. Bahkan sebelum New Horizons tiba di jarak terdekat dengan Pluto pada Juli 2015 nanti, status Pluto tidak lagi menjadi sebuah planet.

Keputusan Pluto untuk tidak menjadi planet memang menemui kontroversi. Astronomi menemukan bahwa ternyata antara jarak Neptunus dan Pluto banyak terdapat benda kecil lainnya seperti Pluto dan hampir seluruhnya serupa dengan Pluto. Deretan benda langit itu kemudian dikenal dengan nama Sabuk Kuiper, Quanoar, Huya, Sedna, Vesta, Pallas, Hygiea, Varuna dan Haumea.

Tahun 2006 ditemukan EL61 yang membuktikan bahwa Sabuk Kuiper resmi memiliki satelit sejak Januari 2005 dengan ukuran yang lebih besar dari satelit yang dimiliki Pluto. Ukuran Pluto yang kecil membuat para astronomi menganalisis ulang tentang kategori Pluto yang semakin harinya tidak terklasifikasi dalam kategori planet.

Lepas tahun 1997 setelah Clyde, penemu Pluto, meninggal dunia, Internasional Astronomical Union mengkaji lebih dalam dan menemukan fakta bahwa Pluto bukan lagi planet, melainkan benda langit sejenis asteroid atau yang lebih dikenal dengan istilah planet katai.

Tahun 2006 adalah tahun yang penuh kontroversi terhadap Pluto, hingga pada akhirnya 7 September 2006 nama Pluto diganti menjadi 134340. Nama baru dari Pluto ini diberikan oleh Minor Planet Center (MPC), organisasi resmi yang bertugas untuk mengurusi data perihal asteroid dan komet dalam tata surya.

Lalu pada tanggal 24 Agustus 2006, Pluto resmi tidak lagi berstatus sebagai planet dan resmi keluar dari deretan planet-planet bima sakti. Meski demikian, sebenarnya Pluto masih ada hanya dia tidak lagi sebagai planet.