Brilio.net - Hidup di usia senja memang tidak mudah, tubuh yang mulai lemah serta pikiran yang mulai pikun tentu membutuhkan bantuan untuk menjalani kehidupan sehari-harinya. Itulah sebabnya keberadaan panti jompo begitu dibutuhkan.

Seperti halnya kisah kakek nenek di panti jompo Tresna Werdha unit Abiyoso, Pakem, Sleman, Yogyakarta. Ada total 130 orangtua yang tinggal di sana dan semuanya terurus serta mendapatkan tempat tinggal yang layak.

Efie, salah seorang pengurus panti jompo mengatakan bahwa kakek nenek yang tinggal di sana berasal dari latar belakang yang berbeda-beda. Ada yang memang dititipkan oleh anaknya karena kesibukan sehingga tidak memiliki waktu untuk mengurus orangtuanya, ada yang memang sebatang kara dan telantar, ada pula yang menjadi korban bencana Merapi pada tahun 2010 yang lalu.

"Sebenarnya tidak semua bisa diterima begitu saja, panti tetap memprioritaskan bagi mereka yang sudah sebatang kara dan tidak memiliki keluarga," ujar Efie kepada brilio.net Rabu (6/5).

Penghuni panti tersebut sudah banyak yang fisiknya lemah dan pikun. Efie mengatakan bahwa banyak penghuni panti yang setiap hari harus dimandikan, jika tidak mereka akan buang air besar dan kecil di kasur maupun. Efie bercerita, sering para orangtua itu memoles dinding kamar dengan kotoran mereka sendiri karena saking pikunnya.

Salah satu penghuni panti tersebut adalah Mbah Sarmi yang berusia 84 tahun. Mbah Sarmi adalah salah satu korban keganasan gunung Merapi pada tahun 2010 yang lalu. Dia dibawa ke panti karena sudah tak ada lagi yang bisa merawatnya.

Panti tersebut juga memiliki wisma isolasi. Wisma  inilah yang menjadi hunian kakek dan nenek yang sudah bedrest, yaitu mereka yang sudah tidak bisa jalan, dan hanya makan tidur buang air di tempat. Di sana ada perawat-perawat khusus yang jaga 24 jam bergantian untuk memenuhi kebutuhan para lansia ini.

Permasalahan yang sering muncul dari para lansia ini yang utama adalah kecemburuan antar lansia. Banyak dari mereka yang kadang merasa kurang diperhatikan oleh pengurus yang lain.

"Jadi misal ada kunjungan datang kalau satu orang disapa semua harus disapa kalau nggak nanti ujung-ujungnya ngambek," jelas Efie

Walau begitu para lansia tersebut sangat bahagia jika kedatangan kunjungan. Mereka selalu mengajak ngobrol ramah, baik tentang kehidupan mereka saat ini maupun di masa lalu.