Brilio.net - Kamu mahasiswa yang baru akan memulai masa kuliah? Ada baiknya simak kisah inspiratif dari Uwayesu. Dari anak gelandangan, dia berhasil menembus Harvard University, salah satu universitas terbaik di Amerika Serikat (AS) bahkan dunia.

Jika dilihat sekilas, tidak ada yang menarik dari Uwayesu. Dia terlihat layaknya mahasiswa pada umumnya yang bahagia karena berhasil diterima di Harvard. Namun, ternyata perjalanan hidupnya hingga mampu menembus Harvard bukanlah sesuatu yang mudah baginya. Seperti halnya kampus-kampus besar di dunia, Harvard memilih mahasiswa tanpa melihat dari kemampuan ekonomi dan latar belakang keluarganya.

Tiga belas tahun yang lalu Clare Cari, seorang aktivis amal di AS mendatangi Rwanda, Afrika. Salah satu anak yang ditemui Clare waktu itu adalah Uwayesu. Dia hidup menggelandang dan tidur di mobil bekas terbakar yang juga merupakan tempat pembuangan sampah. Clare mendekat ke Uwayesu dan bertanya tentang apa hal yang paling diinginkannya.

"Saya ingin pergi ke sekolah," ucap Uwayesu dengan polosnya, seperti yang dilansir brilio.net dari nytimes.

Uwayesu adalah anak ketiga dari orangtua yang berprofesi sebagai petani. Kedua orangtua, bahkan hampir seluruh keluarga Uwayesu buta huruf. Hidup yang dilaluinya tidaklah mudah. Dia kehilangan orang tua di usia muda. orangtuanya meninggal dalam pembantaian politik. Dia bersama adik-adiknya bahkan sempat mengalami kelaparan dan mengalami gizi buruk.

Sepeninggal orangtuanya Uwayesu dan saudaranya hidup menggelandang di Rwanda. Setiap hari dia hanya mengandalkan makanan sisa dari tong sampah dan tidak memiliki tempat tinggal. Jangankan sekolah, membaca saja dia tidak tahu. Namun, dia sering merasa iri pada anak-anak seusianya yang dapat pergi ke sekolah. Tapi kondisi ekonomi dan sosial membuatnya menerima kenyataan bahwa sekolah adalah tempat yang sulit dicapainya.

Siapa sangka pertemuan dengan Clare memberikan semangat baru bagi Uwayesu. Dia mulai berusaha meninggalkan dunia mengemis dan perlahan mengenal sekolah setelah tinggal di salah satu panti asuhan yang ada di Rwanda. Tidak ada yang menduga, memasuki bangku sekolah, Uwayesu menjadi pelajar yang penuh prestasi. Dia belajar bahasa Inggris, Prancis, Swahili dan Lingala. Hingga akhirnya dia memberanikan diri untuk mendaftar ke Harvard University dan memperoleh beasiswa.

"Orang-orang bekerja keras untuk semua hal," ujar Uwayesu

Uwayesu menyelesaikan SMA dengan nilai yang cemerlang dan menjadi juara kelas. Setelah menamatkan SMA, dia kemudian pindah ke panti asuhan yang dikelola oleh Aid Esther bersama saudara perempuannya. Selama dia sekolah, dia juga mengabdikan dirinya untuk membantu anak-anak yatim dalam memahami pelajaran dan memberdayakan anak-anak untuk lebih kreatif.

Hidup di Amerika tentu menjadi pengalaman baru bagi Uwayesu. Dia mencoba menyesuaikan diri dengan budaya baru yang dihadapinya dan tentunya dunia kuliah yang akan dijalani ke depannya. Dia sendiri tidak menduga bahwa anak gelandangan sepertinya bisa kuliah di Harvard.

BERITA TERKAIT:

Anta mahasiswa tukang parkir, lulus STAN dengan uang saku Rp 50 ribu

Mahasiswa ini andalkan Rp 3.000 untuk makan sehari demi kredit laptop

Mahasiswa ini temukan tabungan sampah, cara cerdas peduli lingkungan