Brilio.net - Bagi mereka yang tumbuh di era 1970 hingga 1985 pasti nggak asing sama pahlawan super Gundala Putra Petir. Ya, Gundala Putra Petir adalah tokoh fiktif pahlawan super asli Indonesia karangan Harya Suraminata. Karakter ini pernah populer dan menjadi paling laris bersama superhero Indonesia lainnya seperti Aquanus dan Godam Manusia Besi.

Gundala Putra Petir bercerita tentang peneliti jenius bernama Sancaka yang menemukan serum antipetir. Kesibukannya dalam meneliti membuatnya lupa akan ulang tahun pacarnya. Miranti, Sang pacar, akhirnya memutuskan Sancaka. Patah hati, Sancaka berlari saat hujan deras hingga tersambar petir.

Hasmi, panggilan akrab Harya Suraminata mengatakan karakter Gundala ini terinspirasi dari Flash kepunyaan DC Comic Amerika. Nama Gundala itu berasal dari kata dalam bahasa Jawa 'gundolo' yang artinya beledek atau petir. Menurut legenda Ki Ageng Selo, petir itu bisa ditangkap."Kalau petir bisa ditangkap artinya petir itu bisa dikelola dan dijadikan senjata," cerita Hasmi, saat ditemui brilio.net di rumahnya, beberapa waktu lalu.

Usia Hasmi kini sudah 69 tahun, ketika menciptakan karakter Gundala itu ia berusia 23 tahun. Saat itu Hasmi kuliah di Akademi Seni Rupa Indonesia atau ASRI. "Saya berpikir waktu itu saya masih muda dan ada kesempatan untuk mencari uang lewat karakter Gundala," terang Hasmi.

Hasmi bercerita, bersama Wid NS dengan Godam Manusia Besinya, Gundala merajai dunia komik Indonesia. Bayaran untuk satu jilid komik Gundala berkisar Rp 5.000 sampai Rp 10.000. Bahkan pernah menyentuh Rp 50.000. Itu untuk satu jilid, sementara satu cerita dari Gundala bisa sampai 12 jilid.

"Bisa dibayangkan, pada masa itu menghasilkan uang bisa sampai 50.000 rupiah untuk satu jilid. Sementara harga motor saja hanya 125.000 rupiah pada saat itu, itupun masih sisa," kenang Hasmi, sambil tertawa.

Demi Gundala Putra Petir, Hasmi rela berhenti kuliah


Asyik dengan karakter Gundala membuat Hasmi meninggalkan bangku kuliah. Pasalnya kuliah di akademi seni menuntut dia harus terus mengirimkan tugas karya seni. "Sementara saya lebih berat memikirkan membuat jalan cerita Gundala karena sudah bisa menghasilkan uang pada saat itu," lanjut Hasmi.

Berkat kesukesannya, Hasmi menjadi komikus dengan bayaran paling mahal pada saat itu. Sayangnya Gundala harus terhenti karena mengerjakan komik figuratif Pak Harto, Presiden yang berkuasa ketika itu. Gundala harus berhenti di judul ke-23. Tetapi pada sekitar tahun 1986 Gundala masih ada di Jawa Pos dalam bentuk serial pendek.

Demi Gundala Putra Petir, Hasmi rela berhenti kuliah


Ditanya mengenai kelanjutan Gundala sampai saat ini, Hasmi masih belum bisa memastikan. Hak Cipta Gundala sekarang berada di bawah Bumi Langit. Sekitar tahun 2004 Bumi Langit menerbitkan kembali beberapa judul Gundala Putra Petir. Belakangan muncul rumor akan terbit Gundala Putra Petir dalam film layar lebar yang dimotori Hanung Bramantyo selaku sutradara.