Brilio.net - Masih ingat Angeline, bocah empat tahun yang meninggal diduga akibat kekerasan? Bukan cuma Angeline yang jadi korban kekerasan terhadap anak-anak. Masih banyak anak lain yang bernasib sama. Pada dekade 1980-an ada cerita Arie Hanggara, kasus kekerasan terhadap anak yang kemudian diangkat ke layar lebar.   

Nasib Mw, lelaki 24 tahun ini nasibnya memang tak setragis Angeline atau Ari Hanggara. Mw, tak lagi mendapat perlakuan baik semenjak duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). Mw merasa dianak tirikan oleh orangtuanya.

Kedua orangtuanya tak lagi perhatian dan memberi kasih sayang seperti dulu. Hingga Mw merasa bingung mengapa ia sampai diperlakukan begini dan apa kesalahan yang telah ia perbuat. Sementara saudara-saudaranya yang lain tak pernah mendapat perlakuan kasar dari orangtua seperti dirinya.

"Sudah 10 tahun ini saya merasa dianak tirikan oleh orangtua saya," kata Mw kepada brilio.net melalui layanan bebas pulsa 0-800-1-555-999, Rabu (14/10). Setiap ada permasalahan, kata Mw, selalu dia yang menjadi sasaran pelampiasan emosi sang bapak.

Tak hanya marah-marah tanpa sebab yang jelas, sang ayah pun sering melayangkan pukulan kepadanya. Ibu dan adik-adiknya pun seakan tak peduli dengan apa yang dialaminya selama ini. Bahkan untuk saling berkomunikasi pun mereka jarang melakukannya. Wajar saja jika Mw merasa sendirian dan sepi dalam suasana keluarga yang seperti itu.

Tak sekadar dimarahi dan dipukul tanpa sebab, Mw juga kerap diusir dari rumah oleh orangtuanya. Namun uniknya selang beberapa hari terkadang adik atau tetangganya menyampaikan pada Mw bahwa sang ibu sedang sakit dan ingin agar ia pulang ke rumah.

Beberapa kali itu pula ia merasa tertipu karena ternyata setelah kembali pulang tak ada yang sakit dan semua baik-baik saja. Kondisi harmonis hanya bertahan sehari atau dua hari saja. Setelah itu Mw kembali mengalami hal yang sama hingga berulang-ulang kali seperti itu.

"Ibu hanya merasa khawatir karena dengan keadaan saya karena tak memberi kabar setelah pergi dari rumah," ucap pria yang kini bekerja sebagai karyawan salah satu perusahaan swasta di Samarinda.

Kejadian yang terus berulang tersebut membuat Mw semakin bingung. Beruntung, selama 10 tahun ini ia memiliki banyak teman dari beberapa komunitas yang diikutinya antara lain pencak silat dan relawan fire rescue. Di sanalah ia biasa menghabiskan waktu ketika diusir oleh sang ayah.

"Justru malah tetangga yang perhatian dan bertanya kemana saya akan pergi tiap kali melihat saya diusir. Sejak SMP, justru saya mendapat perhatian dan kasih sayang dari teman-teman perkumpulan dan komunitas," paparnya mengungkapkan bagaimana ia bisa bertahan dengan keadaannya selama ini.

Beruntung sejak masih duduk di bangku Sekolah Dasar orangtuanya sudah mengajarkan untuk hidup mandiri. Saat masih duduk di bangku SD,  Mw kecil mengumpulkan barang-barang bekas untuk dijual kembali. Ketika SMP dia ikut membantu lelang dan bongkar muat ikan tengah malam. Dari situ ia bisa membiayai sendiri sekolahnya hingga lulus Sekolah Menengah Atas. Dia juga sempat bekerja sebagai kuli bangunan dan malam harinya dia bekerja sebagaipetugas keamanan di suatu kompleks.  

"Beruntung saya memiliki teman-teman yang humoris dari komunitas-komunitas yang saya ikuti, berkat itu saya terhindar dari pelampiasan dengan hal-hal yang negatif dan bisa tertawa bersama mereka untuk melupakan masalah," tandasnya.

Namun, sampai saat ini Mw mengaku masih bingung dengan sikap orangtuanya. Apa gerangan kesalahan yang pernah diperbuatnya dulu. Sedangkan ketika ditanya, orangtuanya tak pernah memberi jawaban yang jelas.

Cerita ini disampaikan oleh Mw melalui telepon bebas pulsa Brilio.net di nomor 0-800-1-555-999. Semua orang punya cerita. Ya, siapapun termasuk kamu punya kisah tersembunyi baik cerita sukses, lucu, sedih, inspiratif, misteri, petualangan menyaksikan keindahan alam, ketidakberuntungan, atau perjuangan hidup yang selama ini hanya kamu simpan sendiri. Kamu tentu juga punya cerita menarik untuk dibagikan kepada kami. Telepon kami, bagikan ceritamu!