Brilio.net - HIV/AIDS menjadi virus paling mematikan dengan jumlah kematian mencapai ribuan jiwa per tahun. Menurut data Kementerian Kesehatan, sejak tahun 2005 sampai September 2015, terdapat kasus HIV sebanyak 184.929 yang didapat dari laporan layanan konseling dan tes HIV. Fakta mengerikan ini membuat masyarakat menjauhi para pengidap HIV/AIDS karena dianggap berbahaya.

Diah Arvianti, mengalami masa-masa sulit ketika dia harus kehilangan suami tercinta karena penyakit AIDS. Penderitaan tidak berhenti sampai disitu, ketika Diah mengetahui dirinya ternyata juga positif mengidap HIV.

Semasa hidup, Diah bukanlah wanita yang pernah terjun di dunia kelam seperti dunia narkotika ataupun seks bebas. Lantas bagaimana Diah bisa terjangkit HIV?

Kisah ini bermula ketika Diah mengetahui sang suami positif menderita HIV/AIDS. Padahal dia baru mengetahui ketika suami sudah menderita AIDS stadium 4. Dimana kondisi tubuhnya sudah sangat memprihatinkan.

Awalnya, dia tidak tahu bahwa sang suami positif HIV. Namun, dia tahu bahwa suaminya adalah mantan pecandu narkoba yang berisiko tertular HIV. Kemudian ketika suami menjalani terapi TBC yang dideritanya, barulah sang suami mengaku telah mengidap
HIV positif selama 1 tahun. Hal ini menjadi terlambat karena virus HIV yang ada di tubuh sang suami sudah menjadi penyakit AIDS dan menjalar kemana-mana.

"Yang membuat sangat sedih adalah suami tidak berani jujur dari awal karena merasa takut dikucilkan oleh keluarga dan dijauhi oleh lingkungan. Hal ini membuat saya berpikir, kenapa penderita HIV itu kesannya buruk sekali," kenang wanita yang sehari-hari akrab dipanggil Diah kepada brilio.net, Selasa (1/12).

Setelah harus menerima kenyataan ketika suami pergi untuk selama-lamanya karena AIDS. Diah berinisiatif untuk melakukan tes HIV. Hasilnya, dia juga terinfeksi. Kenyataan ini membuat Diah awalnya merasa sangat terpukul.

"Awalnya saya tidak bisa menerima kenyataan," kata Diah. Tentu saja Diah tidak percaya, dan dia menjajal pengobatan alternatif.  Setelah pengobatan dua tahun, akhirnya Diah memutuskan menjalani terapi antiretroviral (ARV). "Ini karena pengobatan alternatif hanya meningkatkan imunitas saja, sementara ARV mampu mendeteksi dan melawan secara langsung virus di dalam tubuh," sambung Diah.

Ketika menjalani pengobatan alternatif selama dua tahun ini Diah mengetahui informasi tentang LSM Victory plus. Sebuah LSM yang bergerak dibidang penanggulangan AIDS. Di sini hatinya tergerak, karena mengetahui masa kelam suaminya yang tidak berani
jujur karena mengidap AIDS.

"Saya tergerak untuk membantu hak para pengidap HIV. Karena saya merasa stigma negatif tentang pengidap masih melekat di  masyarakat. Sehingga masyarakat cenderung menjauhi para penderita. Padahal mereka juga mempunya hak yang sama," ungkap
wanita yang sekarang bekerja untuk LSM Victory sejak tahun 2007.

LSM Victory sendiri selain melakukan kegiatan yang berhubungan dengan HIV/AIDS seperti penanganan dan bimbingan, juga memilki kegiatan unik. Kegiatan ini dinamakan pemilihan DUTA HIV & AIDS. para DUTA HIV & AIDS ini dari kalangan remaja, yang nantinya akan ditugaskan untuk mengubah stigma negatif penderita HIV di masyarakat.

Ditanya mengenai harapan, Diah mengungkapkan tidak ada lagi diskriminasi terhadap orang dengan HIV dan AIDS atau yang biasa disebut ODHA. Selain tidak ada diskriminasi, kata Diah, diajuga berharap para pengidap segera melakukan bimbingan dengan LSM HIV/AIDS yang ada. Tujuannya agar kehidupan para pengidap ini dapat lebih baik, baik secara fisik maupun mental.