Brilio.net - Selain soal hijab syar'i, salah satu topik yang cukup hangat adalah soal wajib tidaknya penggunaan cadar bagi muslimah. Hal ini bertolak dari perbedaan pandangan mengenai apakah wajah perempuan termasuk aurat atau tidak.

Yang telah menyepakati wajah perempuan sebagai aurat ternyata menemui percabangan lagi sebab terdapat beberapa mazhab dalam Islam. Bahkan, dalam mazhab mayoritas di Indonesia yaitu Syafi'i, masih menemui perbedaan pandangan lagi. Sebabnya adalah perihal cadar ini murni ijtihad dan tidak ada dalil rigidnya sehingga wajar jika ada yang mewajibkan namun ada yang tidak.

Alawy Ali Imron atau yang kerap disapa Gus Awy menyebutkan dalam buku "Dari Seks dalam Rumah Tangga Hingga Bohong pada Suami" dikutip Selasa (30/6) menyebut, mayoritas ulama Maliki dan Hanafi sepakat bahwa wajah perempuan bukan aurat, maka boleh untuk tidak menutupinya. Sedangkan ulama-ulama Syafi'i dan Hambali, meski mengharuskan perempuan menutup seluruh tubuh namun tidak menyatakan bahwa wajah adalah aurat.

Gus Awy menjelaskan ada beberapa pengecualian yang diberikan oleh para ulama dari berbagai mazhab tersebut. Pada mazhab Hanafi, gadis sekarang dianjurkan untuk tidak membuka wajahnya di hadapan yang bukan mahramnya meskipun wajahnya bukan aurat. Hal ini lebih bertujuan untuk menjaga diri dari terjadinya fitnah.

Pada mazhab Maliki diwajibkan menutup wajah bagi gadis yang dengan kecantikannnya dikhawatirkan menimbulkan fitnah. Seandainya tidak ada kekhawatiran akan terjadinya fitnah maka tidak masalah untuk menampakkan wajahnya.

Pada mazhab Hambali, ada salah satu periwayatannya yang menyebutkan bahwa wajah perempuan adalah aurat sehingga wajib ditutup.

Sedangkan pada mazhab Syafi'i, ada yang menyebut bercadar wajib namun ada pula yang berpendapat sunah. Bahkan ada yang berpendapat khilaful aula sehingga sebaiknya tidak pakai.

"Soal cadar, sebenarnya lebih banyak masuk wilayah privat. Tentu saja kurang bijak jika ada dari pihak yang pro cadar, menyalahkan muslimah yang tak pakai cadar," tuturnya.

Kepada istrinya, Gus Awy tidak memaksakan salah satu pendapat pun dan menyerahkan sepenuhnya hal tersebut pada yang bersangkutan.

Yang terpenting adalah tidak perlu menyalahkan perempuan yang tak bercadar ataupun sebaliknya menganggap perempuan bercadar sebagai muslimah ekstrimis.