Brilio.net - Predikat bekatul sebagai makanan ternak, terpatahkan. Di tangan Astu, bekatul diolah menjadi aneka cemilan yang yummy.

Bekatul adalah bagian terluar dari bagian bulir yang terbungkus oleh sekam. Bulir adalah buah sekaligus biji berbagai tumbuhan serealia sejati.

Dengan dibantu tiga temannya, Astu menjadikan bekatul sebagai bahan makanan alternatif. Astu mengakui, awalnya memang banyak orang bertanya-tanya bagaimana bisa katul layak dikonsumsi manusia. "Awalnya pada merasa jijik karena katul dikenal sebagai makanan ayam. Tapi saya jelaskan kandungan dari katul. Dan setelah mereka mencobanya mereka suka," ujar Astu kepada brilio.net, Kamis (16/7).

Dia mengaku menggunakan bekatul karena terinspirasi dari kampung halamannya di Probolinggo. Masyarakat di sana masih banyak yang mengonsumsi bekatul. Pemilihan bekatul sebagai makanan, menurut Astu, karena di dalam bekatul banyak terdapat serat. "Di dalam bekatul terdapat banyak kandungan serat, sebenarnya bekatul bagus untuk diet juga," papar dia.

Astu menamai produk dari bekatul ini dengan nama 'Qatula-Qita' agar orang lebih mudah mendengarnya dan mengingatnya. Qatula sendiri sudah mempunyai 3 varian makanan, di antaranya brownies, brownies kering, dan rainbow cake. Astu menjual produknya itu dengan harga Rp 13.000. Saat ini pelanggannya tersebar hingga Medan, Jakarta, Semarang, dan Bandung.