Brilio.net - Di tengah maraknya era digital saat ini keberadaan buku sudah mulai tergeser dengan media online ataupun e-book. Oleh karena itu perpustakaan saat ini sudah mulai sepi ditinggalkan oleh pelanggannya. Untuk mengurangi angka pengunjung yang terus menurun, Badan Arsip dan Perpustakaan Surabaya membuat inovasi baru yang kreatif.

Beberapa tahun belakangan ini, Perpustakaan Surabaya mendirikan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) di setiap kelurahan. Hal ini dilakukan demi melakukan pendekatan langsung ke masyarakat yang sebelumnya malas atau tidak tahu akan keberadaan perpustakaan. TBM ini ada di setiap balai desa, balai RW, puskesmas bahkan di terminal.

Salah seorang pustakawan bernama Made Gea (24) ini mengungkapkan awalnya memang susah mengajak masyarakat di perkampungan untuk mendatangi lansung TBM. Oleh karena itu setiap pustakawan harus kreatif memikirkan bagaimana caranya mengajak masyarakat agar mau mampir ke TBM.

“Waktu awal-awal itu setiap ada anak kecil yang lewat tak kasih tahu kalau ada TBM, boleh baca dan pinjam buku gratis. Terus aku pancing juga sama mainan seperti puzzle, dakon dan bekel,” ungkap Made kepada brilio.net, Kamis (14/5). “Alhamdulillah lama kelamaan mereka datang dengan sendirinya ke TBM.”

Wanita yang bertugas di TBM Pacarkeling ini juga menuturkan bahwa setiap harinya ada sekitar 20-30 orang yang mengunjungi TBM. Kebanyakan adalah anak TK, SD dan SMP. Ada juga ibu-ibu yang sekadar membaca buku resep masak sembari menyuapi makan anaknya.