Brilio.net - Keahlian menyuling yang dimiliki Purnomo (63) membuatnya tak menyerah menghadapi ketatnya hidup. Dia adalah contoh bagaimana seseorang harus terus berjuang mencukupi kehidupannya.

Kakek Pur, akrab dia disapa, saban harinya 'ngamen' seruling di parkiran Candi Prambanan, Jogjakarta. Panasnya sinar matahari atau pun kadang tetesan air hujan tak menghalangi semangatnya.

Dia bersemangat bermain seruling menghibur siapa saja yang lewat. Pengunjung Prambanan yang berjalan di depannya kadang tak tahu jika dia sedang mencoba memberi hiburan bagi mereka untuk melepas capek seusai mengelilingi area kompleks candi.

Berjas, berdasi, kakek Pur ngamen suling demi keluarga

Saat ditemui brilio.net di area pintu keluar, laki-laki tua asal Ngampilan, Kota Jogja ini tampak memindah seruling miliknya ke tempat yang lebih ramai. Dengan hanya berbekal kursi plastik dia berpindah-pindah posisi. Tanpa menggunakan tenda atau payung cuaca menjadi problem utama apalagi kalau hujan turun.

Pekerjaan yang sudah tiga tahun lebih dia lakoni menurutnya hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. "Kalau rame bisa buat makan, kalau sepi nggak makan," Kata Purnomo, Selasa (24/3)

Penghasilan yang tidak menentu membuat dia jarang pulang ke rumah. Biaya transportasi menjadi kendala, mengingat hasil dari bermain seruling yang tidak seberapa. kadang dia tidak mengantongi uang untuk membayar angkutan untuk pulang.

"Sehari kadang dapet 20 ribu, yang penting bisa makan," ungkapnya. Belum lagi rezeki yang dia peroleh untuk memenuhi kebutuhan istrinya yang tidak bekerja di rumah karena sudah tua.