Brilio.net - Indonesia memang kental akan budaya, seperti halnya masyarakat Tengger di Gunung Bromo. Selain memiliki pemandangan indah, di gunung itu juga memiliki tradisi unik yang sudah turun temurun di masyarakat Hindu di Probolinggo, Jawa Timur. Tradisi unik dan juga bertaruh nyawa itu bernama Yadnya Kasada.

Upacara Yadnya Kasada dihadiri ribuan masyarakat Tengger yang yakin bahwa di kawah Gunung Bromo pernah ada anak Raja Majapahit bernama Roro Anteng dan suaminya bernama Joko Seger yang mengorbankan diri masuk ke kawah agar bencana tidak melanda desa-desa sekitar gunung Bromo. Upacara ini dilakukan setiap tahun pada hari ke-14 pada bulan Kesada dalam penanggalan tradisonal masyarakat Tengger. Di waktu ini, cahaya bulan akan memancar penuh.

Sebelum Upacara Kasada Bromo dilangsungkan, calon dukun dan tabib akan menyiapkan beberapa sesaji untuk dipersembahkan dengan cara melemparkannya ke kawah Gunung Bromo. Hal yang menegangkan melihat banyak orang yang berebutan sesaji yang dilemparkan ke kawah. banyak dari masyarakat di sana mencoba menangkap sesaji padahal mereka mempertaruhkan nyawa mereka di bibir kawah Bromo. Mereka percaya dengan mendapatkan sesaji itu, maka akan mendapatkan berkah.

Warga yang berebut sesaji tersebut rela berdiri di tebing kawah tanpa pengaman. Mereka berdiri dengan pijakan kaki yang tidak bisa leluasa. Padahal mereka harus bergerak gesit jika ingin mendapat sesaji yang dilemparkan. Lebih berbahayanya lagi, mereka membawa jaring maupun peralatan lain untuk menangkap sesaji, sehingga mau tidak mau harus menggerakkan badannya. Jika mereka sampai terpeleset, maka mereka akan jatuh ke dasar kawah yang masih aktif dengan kedalaman 200-600 meter.

Walau pun berbahaya, tapi tiap tahun selalu saja ada warga yang melakukannya. Demi sesaji, mereka mempertaruhkan nyawa. Uniknya, selama ini belum pernah terjadi kecelakaan warga yang terjatuh ke dasar kawah.