Brilio.net - Putra kedua Dewi itu bernama Reza. Lahir prematur dengan berat badan tak lebih satu kilogram. Kondisi itu membuat Reza bayi susah bernapas. Banyak rumah sakit yang menolaknya kala itu. Bahkan tidak seperti bayi lainnya, Reza butuh 100 hari agar tali pusarnya lepas. Kini usia Reza sudah 12 tahun, tetapi belum bisa berjalan. Apakah Dewi merasa sedih dengan keadaan buah hatinya ini? Tidak seperti yang kamu bayangkan.

Nama Dewi (42) dan Reza (12) dalam kisah ini sengaja disamarkan karena memang permintaan dari sang pencerita sendiri. Dewi sengaja menghubungi brilio.net melalui sambungan bebas pulsa 0800-1-555-999, Selasa (20) untuk berbagi bagaimana rasanya mempunyai anak yang tidak sama dengan bayi-bayi lainnya.

“Ketika mengandung Reza, saya memang sering batuk dan panas,” tuturnya. Bahkan kondisi tersebut belum sembuh hingga waktu melahirkan. Selain itu kondisi Reza waktu lahir juga di luar bayangan. “Tangannya hanya sebesar ibu jari saya,” ungkapnya. Untuk melindungi Reza, Dewi dan sang suami harus membuat inkubator sendiri di rumahnya.

Seiring bertambahnya umur, Reza belum ada menunjukkan tanda-tanda untuk menggerakkan kakinya untuk berjalan. “Kalau shalat hanya berlutut saja,” ungkap Dewi. Bahkan hingga umurnya sudah mencapai 12 tahun, Reza belum lancar membaca. “Kalau membaca cuma dieja saja,” jelasnya.

Tidak mudah menyekolahkan Reza karena banyak sekolah yang menolak karena kondisi fisiknya. Bahkan dia sempat dimasukkan Sekolah Luar Biasa (SLB), tetapi Reza menolak. Pernah dia belajar di SD umum, tetapi hal itu hanya mampu bertahan selama dua tahun. “Karena sering digendong bapaknya, banyak orang yang ngelihatin,” jelasnya. Karena sang ayah tidak tahan dengan perlakuan tersebut, akhirnya Reza dimasukkan sekolah agama yang berkonsep homeschooling.

Lewat sekolah ini, Reza menunjukkan kejeniusannya. “Sekarang ini Reza sudah hampir hafal juz 30,” ungkapnya. Anehnya, Reza tetap belum lancar dalam membaca. “Memang sekolah itu lebih mengedepankan hafalan,” ungkap Dewi. Selain itu, Reza juga bisa mengoperasikan komputer terutama internet. Hal ini tidak bisa lepas dari peran kakak Reza yang kuliah dalam bidang IT.

Bahkan kecerdasan emosional Reza juga luar biasa. “Kalau saya dan suami sedang marah-marah, biasanya Reza yang ngingetin,” kenang Dewi. Reza juga sering berpesan jangan minder meski mempunyai anak seperti dirinya kepada orangtuanya. Saat keluarga ada masalah, Reza juga sering mengingatkan agar selalu bersabar.

Setegar apapun Dewi, terkadang dia merasa sedih jika teman-temannya Reza bermain bola atau layang-layang. “Reza cuma bisa melihat aja,” ungkapnya. Memang, Reza menolak untuk menggunakan kursi roda. “Ma, temen-temen Reza nggak ada yang pakai kayak ginian,” kata Dewi menirukan nada penolakan dari Reza.

“Ma, aku ingin menghafalkan alquran biar Mama bisa masuk surga,” itulah perkataan Reza yang membuat Dewi terharu dengan anak keduanya. Memang, Dewi mengaku bahwa Reza sering mengucapkan hal-hal tak terduga apalagi di umur yang masih belasan.

Sedari awal, Dewi jarang mengeluh dengan kondisi Reza. Bahkan dia menganggap Reza merupakan anugerah. “Tetapi setiap ulang tahunnya Reza, saya selalu berdoa agar Reza bisa berjalan dan lancar membaca,” tegasnya.

Cerita ini disampaikan oleh Dewi melalui telepon bebas pulsa Brilio.net di nomor 0-800-1-555-999. Semua orang punya cerita. Ya, siapapun termasuk kamu punya kisah tersembunyi baik cerita sukses, lucu, sedih, inspiratif, misteri, petualangan menyaksikan keindahan alam, ketidakberuntungan, atau perjuangan hidup yang selama ini hanya kamu simpan sendiri. Kamu tentu juga punya cerita menarik untuk dibagikan kepada kami. Telepon kami, bagikan ceritamu.