Brilio.net - Mengikuti sebuah organisasi atau perkumpulan memang begitu menyenangkan. Ajang berkumpul dalam satu forum untuk rapat maupun diskusi menjadi waktu yang sangat dinanti. Tapi apa jadinya jika organisasi itu dilakoni oleh orang-orang dari berbagai negara yang berbeda? Tentu sebuah kesulitan sendiri untuk sekadar berkumpul untuk berdiskusi maupun rapat.
 
Hal itulah yang terjadi pada ASEAN Youth Leaders' Association (AYLA). Perkumpulan yang beranggotakan pemuda-pemuda se-ASEAN ini didirikan oleh 15 pemuda dari Indonesia, Filipina, Thailand, Kamboja, dan Singapura. Jarak yang tak dekat itulah yang menjadi tantangan bagi mereka yang terlibat.

AYLA, digagas 15 pemuda ASEAN siap tampung aspirasi

Lutfia Al-Qarani, Presiden AYLA Indonesia mengungkapkan jika 15 pemuda yang membentuk AYLA awalnya merupakan delegasi International Youth Leader Summit (IYLS) yang diadakan di Manila Februari 2014. Selesai forum tersebut, 15 orang dari 40 peserta terpikir untuk melakukan sesuatu setelah forum IYLS selesai.

"AYLA inisiatif kami sendiri, bukan program tindak lanjut dari IYLS. Kami merasa perlu memberikan kontribusi kepada ASEAN," terang Fia, panggilan Lutfia Al-Qarani kepada brilio.net, Selasa (15/9).

Awalnya, Fia dan kawan-kawannya di lima negara pesimis AYLA bisa berjalan lantaran jarak para penggagas yang berjauhan. Tapi seiring waktu, ternyata AYLA bisa membuktikan jika bisa bertahan hingga saat ini.

Salah satu program rutin yang dilakukan AYLA yang bergerak di bidang social movement ini adalah melakukan Friday Discussion pada Jumat malam antarpengurus tiap negara. Jarak bukan menjadi masalah bagi mereka. Para anak muda ini memanfaatkan aplikasi Google Hangout. Setiap peserta diskusi akan diberikan waktu oleh moderator untuk memberikan pendapat. Dengan demikian jarak bukan lagi sebagai penghalang.

AYLA digadang-gadang bisa memiliki peran aktif di kawasan ASEAN. Tujuannya sebagai organisasi kepemudaan ASEAN, untuk mewujudkan 3 pilar ASEAN. "Di antara 3 pilar ASEAN, kami lebih terfokus pada pilar ketiga yakni socio-cultural," terang Mahasiswa Berprestasi tingkat Kopertis VII Jawa Timur ini.

Program lain yang diadakan AYLA adalah General Assembly yang membahas mengenai berbagai hal yang memang diinginkan para pemuda ASEAN. Delegasi AYLA tiap negara yang terpilih akan memberikan pandangannya terkait apa yang diinginkan pemuda ASEAN. Hasil dari forum itu nantinya akan direkomendasikan ke ASEAN.

AYLA, digagas 15 pemuda ASEAN siap tampung aspirasi

Kendati demikian keberadaan AYLA ternyata belum sepenuhnya didukung oleh pemerintah masing-masing negara. Hanya AYLA Filipina yang telah mendapat dukungan. Selebihnya, termasuk Indonesia, AYLA masih melakukan lobi agar mendapat dukungan penuh. Meski begitu, AYLA sudah mendapat ajakan dari United Mission untuk berpartisipasi dalam World Humanitarian Day tahun depan di Doha.

Karena belum mendapat dukungan penuh, maka untuk berbagai kegiatan anggota AYLA masih menggunakan uang pribadi. Sponsor dari perusahaan yang masuk ke AYLA menjadi salah satu suntikan dana bagi berlangsungnya asosiasi ini.

Jika saat didirikan baru 5 negara yang berpartisipasi, maka saat ini keanggotaan AYLA sudah bertambah Malaysia, Vietnam, dan Laos. "Kami harapkan dalam waktu dekat seluruh negara anggota ASEAN sudah ada AYLA," terang Fia yang saat ini sedang sibuk menyiapkan program Children Fest AYLA di Malang.