Brilio.net - Memiliki prestasi yang tak sesuai dengan bidang yang ditekuni pasti jadi nilai plus kamu dari teman-teman lainnya yang mainstream. Orang-orang bakal berdecak kagum, nggak nyangka kamu bisa menyaingi teman-teman yang memang dari bidang itu.

Hal itu juga dirasakan Dwi Andi Listiawan, mahasiswa S2 Universitas Tokyo, saat menjalani kuliah S1 di Fakultas Biologi UGM.

Menjadi asisten dosen untuk praktikum dari 10 mata kuliah yang berbeda membuatnya dilabeli mahasiswa di atas rata-rata oleh teman dan dosennya. Apalagi dia juga memenangi berbagai kompetisi penelitian ilmiah. Label itu jadi sangat melekat di diri asdos yang sering dipanggil Andi ini.

Asisten dosen 10 mata kuliah ini juga pernah menjadi duta wisata Jogja
Banyak orang sekitar yang berasumsi Andi sangat fokus di bidang Biologi supaya bisa menjadi seorang ahli. Kehebatannya di bidang Biologi membuat banyak orang nggak nyangka dia bisa meraih prestasi lain yang tak sesuai bidangnya. Banyak yang geleng-geleng kepala ketika Andi yang 'Biologi banget' bisa terpilih Dimas Jogja 2009.

Prestasi itu menjadi pembuktiannya pada semua orang kalau semua orang bisa menjadi apapun yang dia ingini. Dia yakin akan selalu ada jalan untuk meraih keinginan itu. Sekalipun itu hal baru, akan ada seabrek cara untuk mendapatkannya kalau sungguh-sungguh.

Seabrek pengalamannya saat menggeluti dunia Biologi ternyata membentuk karakter Andi yang kokoh, secara tak langsung. Karakter itu yang membuat langkahnya bisa jauh hingga meraih nama Dimas Jogja.

"Kalau aku jadi diri sendiri saja, ya nggak ada yang istimewa. Peserta lain kan umumnya mahasiswa atau lulusan ilmu komunikasi, hubungan internasional, banyak juga yang penyiar radio dan tv, dan lain-lain. Kemampuan komunikasi mereka keren-keren. Nah, bekal komunikasi aku dapatkan karena sering presentasi saat lomba karya tulis ilmiah. Mental berbicara didepan umum saya dapatkan dari menjadi asisten di 10 laboratorium," ungkapnya kepada brilio.net (23/4).

Asisten dosen 10 mata kuliah ini juga pernah menjadi duta wisata Jogja
Andi juga memiliki nilai plus dibandingkan peserta-peserta lain yang menurutnya keren-keren. Bila yang lainnya banyak yang nonjolin pariwisata Jogja yang banyak dikenal, seperti Keraton dan Malioboro, lain halnya dengan Andi.

Saat seleksi, lelaki 28 tahun itu lebih menonjolkan pengetahuan tentang potensi dan daya tarik pariwisata minat khusus di Jogja. "Karena aku ikut Matalabiogama, kemudian juga ikut PKM tentang budidaya krisan aku jadi tahu tentang panjang tebing Pantai Siung.

Aku juga pernah menelusuri puluhan 16 gua Gunung Kidul untuk penelitian seminar, menelusuri Bukit Menoreh Kulonprogo, mengangkat potensi agrowisata bunga krisan, dan lain-lain. Justru pengalaman pribadi itu menjadikan aku unik dan berbeda dari peserta lain," ungkapnya bangga.

Nah, Andi bisa menjadi apa saja yang dia ingini. Kamu pasti juga bisa.