Brilio.net - Sarung merupakan produk tekstil yang sangat melekat pada masyarakat muslim Indonesia. Sarung bukan hanya menjadi perlengkapan ibadah, lebih dari itu sarung sudah menjadi busana yang biasa dipakai masyarakat Indonesia, utamanya muslim.

Tetapi banyak juga yang menyempitkan nama sarung hanya untuk kaum santri. Hal itu terjadi karena kebiasaan para santri mengenakan sarung sebagai busana harian tidak hanya saat ibadah. Maka tidak heran jika identitas kaum sarungan biasa digunakan untuk menyebut santri.

Di Indonesia, banyak bertebaran berbagai motif dan bahan sarung. Banyaknya motif serta bahan tersebut menjadikan sarung semakin diminati. Dengan motif dan bahan yang sesuai dengan kesukaan penggunanya membuat si pengguna betah dan percaya diri untuk mengenakannya.

Nah, ada beberapa fakta tentang sarung yang patut kamu ketahui. Yuk, simak 7 fakta tentang sarung yang telah dihimpun brilio.net dari berbagai sumber:

1. Sarung berasal dari Yaman
Sarung berasal dari Yaman yang disebut futah. Masyarakat Oman menyebut sarung dengan nama wizaar. Sedangkan Arab Saudi menamai busana sejenis sarung dengan izaar. Hingga saat ini sarung masih tetap menjadi oleh-oleh khas Yaman. Selain sebutan izaar dan wazaar, di beberapa negara sarung juga dikenal dengan ma'awis.

2. Sarung masuk Indonesia pada abad XIV
Menurut catatan sejarah, sarung masuk ke Indonesia dibawa oleh pedagang Arab dan Gujarat pada abad XIV. Penggunaan sarung kemudian berkembang pesat di Indonesia dan identik dengan kebudayaan Islam. Saat itu, penggunaan sarung menjadi meluas tidak hanya di semenanjung Arab, tetapi sudah merembet di Asia, Amerika, dan Eropa.

3. Identitas di zaman perjuangan
Sebagai pejuang yang berkali-kali turun melawan penjajah, tokoh NU KH Abdul Wahab Chasbullah tetap konsisten mengenakan sarung sebagai simbol perlawanan penjajah. Apa yang dilakukan KH Abdul Wahab Chasbullah kemudian diteladani oleh para santri saat itu. Mereka menggunakan sarung ketika mereka turun berjuang melawan penjajah.

4. Menunjukkan kewibawaan
Sarung bagi masyarakat Indonesia saat ini telah menjadi busana khas yang tidak hanya dipakai saat beribadah. Sarung menjadi simbol kesopanan berbusana dan kewibawaan.

5. Dimodifikasi menjadi celana sarung
Meski mudah, tidak semua orang lihai mengenakan sarung. Masalah inilah yang ditangkap para pengusaha menjadi sebuah peluang usaha. Saat ini sarung sudah banyak dimodifikasi menjadi celana sarung. Sekilas ketika dilihat dari depan tidak akan ada perbedaan, namun ketika dipandang dari belakang akan terlihat bahwa sarung yang dikenakan merupakan sarung yang telah dimodifikasi menjadi celana. Bentuknya sama seperti celana pada umumnya, tetapi pada bagian depan diberi tambahan kain yang menutupi belahan tengah celana sehingga terlihat seperti sarung sebenarnya.

6. Dipakai sebagai busana adat
Sarung tidak hanya diidentikkan sebagai busana ibadah. Di beberapa daerah sarung juga sudah menjadi busana adat sejak zaman dahulu kala. Ambillah contoh daerah Betawi dan Batak yang sampai saat ini konsisten menjadikan sarung sebagai busana adat. Jika di Betawi sarung lebih sering digantungkan di leher, di Batak sarung lebih sering dipakai hanya sebatas lutut.

7. Tidak hanya dipakai muslim
Sarung sebenarnya tidak hanya dipakai oleh kaum muslim saja. Penggunaan sarung juga sudah lama ada pada masyarakat Hindu di Bali. Sarung poleng Bali sudah biasa digunakan untuk keperluan sakral. Tidah hanya dikenakan oleh manusia, sarung di Bali juga dikenakan untuk patung dan pohon-pohon di pura.