Brilio.net - Sering banget sinetron Indonesia menceritakan tokoh yang menderita kanker. Biasanya sang tokoh diceritakan harus menjalani kemoterapi. Tak lama dia akan muntah-muntah dan rambutnya rontok.

Bener nggak sih orang yang mengalami kemoterapi akan mengalami hal seperti itu. Sebelum mengetahui efek sampingnya, kamu juga perlu tahu fakta lainnya tentang kemoterapi yang tak diungkap dalam sinetron. Berikut fakta-fakta mengenai kemoterapi yang dirangkum brilio.net dari berbagai sumber.

1. Kemoterapi tak harus dilakukan di rumah sakit
Seperti namanya, kemoterapi merupakan terapi untuk menekan sel-sel yang pembelahannya abnormal menggunakan senyawa-senyawa kimia. Pemberian senyawa tersebut bisa melalui infus, oral atau suntik. Untuk kemoterapi dengam cara oral, bisa dilakukan pasien di mana saja, seperti orang minum obat pada umumnya. Bedanya, obat yang diberikan biasanya adalah obat keras yang tidak dijual bebas

2. Kemoterapi infus maupun suntik bisa dilakukan tanpa perlu opnam
Kemoterapi dengan cara infus maupun suntik caranya sama seperti infus dan suntik pada umumnya. Hanya saja, cairan yang ada di dalam botol infus atau tabung suntik adalah obat kanker. Untuk cara suntik, dapat dilakukan di ruangan apa saja, termasuk di ruang periksa biasa. Kalau untuk kemoterapi infus biasa dilakukan di ruang perawatan khusus penderita kanker.

Sehabis kemoterapi, pasien yang memiliki daya tahan tubuh tinggi biasanya langsung pulang dan kembali menjalankan aktivitasnya. Bahkan ada lho yang sehabis kemoterapi malah jalan-jalan ke mall. Salah satu artis papan atas yang terkenal banget, Ria Irawan bahkan bisa langsung menyantap makanan di sebuah resto seusai kemoterapi. Opnam tidaknya semua tergantung kekuatan tubuh pasien.

3. Kemoterapi itu tak selebai yang kamu lihat di TV
Sinetron itu sukses banget mendramatisasi suatu cerita. Akibatnya, orang-orang yang baru saja terkena kanker jandi ngeri mendengar istilah kemoterapi. Akhirnya banyak yang mentalnya jatuh dan tak kunjung sembuh karena menolak dikemoterapi.

Padahal, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, pelaksanaan kemoterapi itu biasa saja. Nggak ngebutuhin alat-alat seram seperti pisau operasi. Beneran deh, sehabis kemoterapi banyak kok pasien yang masih bisa tertawa riang.

4. Jenis obat yang diberikan berbeda-beda 
Jangan dikira semua pasien kanker akan mendapat perlakuan yang sama. Obat yang diberikan tergantung jenis kanker, tingkat keganasan dan respon tubuh pasien. Bahkan dong untuk dua orang penderita kanker dengan jenis dan tingkat keganasan yang sama, obat yang diberikan bisa berbeda.

Penderita yang tubuhnya dapat merespon cepat obat yang diberikan biasanya menjalani kemoterapi oral atau injeksi dengan bahan kimia yang lebih ringan dan dengan dosis standar.

5. Nggak semua pasien rambutnya rontok
Efek yang dirasakan orang satu dengan lainnya berbeda-beda. Sebagian besar penderita kanker yang menjalani kemoterapi akan mengalami kerontokan, bahkan sampai botak. Hal itu disebabkan kerasnya zat kimia yang terkandung dalam obat yang diberikan.

Banyaknya pasien yang rambutnya rontok bukan berarti semua pasien mengalaminya. Seorang penderita kanker paru-paru di RS Sardjito Jogja yang telah menjalani kemoterapi lebih dari 10 kali masih memiliki rambut dengan panjang setelinga.

Efek yang dialami tergantung jenis obat yang diberikan dan respon tubuh terhadap obat tersebut. Selain rontok, efek samping dari kemoterapi adalah pusing, mual, ruam di muka dan bagian tubuh lainnya, jerat, lebam-lebam hingga anemia.

6. Kemoterapi tak hanya untuk penderita kanker
Banyak banget orang yang beranggapan kemoterapi diberikan hanya untuk penderita kanker. Padahal ada juga lho penyakit lain yang membutuh terapi kimia ini. Penyakit lain seperti lupus, anemia hemolitik dan reumatoid arthitis juga dapat disembuhkan dengan terapi ini. Cara kerjanya sama, menekan sel-sel yang merugikan tubuh. Bagi penderita lupus, kemoterapi dapat digunakan untuk menekal sel-sel imun yang menyerang sel-sel atau jaringan di tubuhnya sendiri.