Brilio.net - Di tengah maraknya alat musik modern plus jenis musiknya, saat ini masih ada pelaku usaha yang justru berjuang melawan modernisasi tersebut dengan bisnis pembuatan alat musik tradisional gamelan.

Keberadaan Daliyo Gamelan ini tidak terlepas dari kegigihan Mbah Daliyo sebagai pendiri perusahaan ini. Sekitar tahun 1957 dia membeli besi rongsokan dari tempat bekerja di daerah Beran, Sleman. Kemudian besi tersebut dilebur dan dibuat menjadi gamelan.

Berbeda dengan alat musik lain yang bisa dikerjakan dengan mesin atau robot, gamelan hanya bisa dikerjakan manual oleh tangan-tangan terampil dan terlatih.

Secara umum alat musik gamelan terdiri dari 24 jenis yang hampir semuanya harus dikerjakan secara manual. Semua itu karena dalam penyetelan tangga nada tidak bisa atau tepatnya belum bisa dengan alat modern. Hasilnya tentu bukan hanya alat musik biasa tapi juga memiliki nilai seni yang tinggi.

"Semua alat musik gamelan yang berasal dari logam harus terlebih dahulu dipanaskan untuk kemudian dibentuk. Setelah terbentuk baru dimulai untuk membuat dengan tangga nada yang dimaksud," ujar Wagiyo, salah seorang pekerja saat ditemui brilio.net Senin (25/5) di Baturetno, Bantul

Proses pengerjaan alat musik warisan budaya ini tidaklah mudah. Untuk membuat satu set gamelan setidaknya membutuhkan waktu antara dua hingga tiga bulan. Bertambahnya waktu pengerjaan biasanya lebih dalam proses finishing seperti tambahan ukiran atau kehalusan.

Wagiyo mengaku bahwa pesanan memang tidak lagi seperti dulu. Menurutnya saat ini banyak anak muda yang tidak peduli lagi dengan kesenian tradisional. Banyak kesenian tradisional yang saat ini mulai tergerus oleh modernisasi zaman.

Saat ini usaha Daliyo Gamelan dilanjutkan oleh anak-anaknya yang bersepakat untuk melestarikan budaya bangsa selain sebagai lahan mencari nafkah.