Brilio.net - Sekarang, karya-karya mahasiswa tak perlu kamu ragukan lagi. Penemuan hingga pengembangan teknologi alternatif yang mereka lakukan sudah sangat marak. Salah satunya yang dilakukan oleh tiga mahasiswa Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya (FT-UB), Malang yang mengembangkan prototype teknologi alternatif untuk memenuhi kebutuhan energi listrik rumah tangga. Perangkat tersebut dinamakan OASE, berupa generator mini yang memanfaatkan air keran sebagai sumber energi.

Pembuatannya dilakukan tiga mahasiswa, yaitu Muhammad Fatahila, Hasan dan Rosihan Arby Harahap. Dilansir brilio.net dari prasetaub, Muhammad Fatahila yang juga ketua tim menuturkan alat ini bisa menghasilkan tegangan dan daya listrik optimal di angka 5 Volt dan 1 Watt. Sehingga, alat ini dapat digunakan untuk memasok kebutuhan listrik lampu LED atau diintegrasikan dengan pembangkit lain melalui sistem grid.

"Bisa untuk lampu neon juga tapi butuh inverter, prosesnya malah lebih lama. Jadi kami menyarankan lampu LED karena lebih terang dan berdaya rendah," kata mahasiswa yang akrab dipanggil Fatah ini di gedung dekanat FT-UB, Rabu (6/1).

Fatah melanjutkan, perangkat yang dibuat dalam waktu dua minggu ini disambungkan dengan storage berupa baterai polymer atau aki. Selain sebagai penyimpan energi, storage juga berfungsi untuk menjaga tegangan dan arus keluaran tetap stabil.

Dalam rencana pengembangan ke depan, alat yang dibuat di laboratorium elektronika UB tersebut akan dilengkapi dengan kontroler. Fatah berharap, bila sudah disempurnakan, alat ini bisa dipasang ke dalam produk keran yang beredar di masyarakat. Hal ini juga sebagai upaya untuk mendukung home made energy di masa depan.

"Teknologi ini dikombinasikan dengan teknologi energi terbarukan lainnya seperti solar cell atau kincir angin yang dapat menambah diversifikasi energi terbarukan di rumah-rumah," ujar mahasiswa angkatan 2014 itu.

Menurut Fatah, alat yang berhasil menempati peringkat 3 pada National Innovative Product Exhibition Contest (NAPEC) 2015, yang digelar Program Studi Teknik Kimia FT-UB tersebut menghabiskan biaya produksi sebesar Rp 120 ribu.

Semangat dan sukses buat Fatah dan teman yang lainnya demi kemajuan teknologi alternatif di masa depan.