Brilio.net - Belakangan ini lagu Jogja Istimewa yang dipopulerkan oleh Jogja Hip Hop Foundation tengah menjadi perbincangan publik. Pasalnya, lagu yang diciptakan oleh Marzuki Mohamad ini digunakan oleh pendukung Prabowo Subianto-Sandiaga Uno untuk berkampanye.

Aksi kampanye pendukung Prabowo-Sandi menggunakan penggalan lirik lagu Jogja Istimewa menjadi viral di media sosial. Dalam video, terlihat sekelompok ibu menyanyikan penggalan lirik lagu Jogja Istimewa sambil mengacungkan dua jari, sesuai nomor urut pasangan Prabowo dan Sandiaga Uno.

Melalui akun Instagram pribadinya, Marzuki Mohamad atau yang dikenal dengan nama Kill The DJ memberikan tanggapannya. Marzuki Mohamad mengatakan bahwa ia tak pernah memberi izin kepada siapapun menggunakan lagunya untuk kepentingan kampanye.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 

Karena video ini sudah viral dan banyak yang salah persepsi kepada saya, selaku pencipta lagu Jogja Istimewa yang dinyanyikan bersama @javahiphop - maka dengan ini saya perlu melakukan klarifikasi: . Bahwa saya tidak akan pernah memberikan ijin kepada siapa pun lagu Jogja Istimewa tersebut digunakan untuk kampanye pilpres, baik itu pasangan nomer urut 01 maupun 02. Bagi saya, @javahiphop, dan sebagian besar warga Yogyakarta, pasti tahu sejarah dan kebanggaan pada lagu tersebut, itu kenapa saya tidak akan pernah mengganti liriknya untuk tujuan lain, baik komersil apalagi kampanye politik. Meskipun saya pendukung @jokowi saya tidak akan pernah mengkhianati nilai lagu tersebut dengan mengubah liriknya. . Siapa pun Anda yang mengubah lagu tersebut, membuat videonya, dan ikut menyebarkanya, Anda telah melanggar undang-undang dan saya bisa membawanya ke ranah hukum. . Terakhir saya berpesan, apapun pilihan Anda, 01, 02, Golput, tolong warisi bangsa ini dengan etika yang benar, menjiplak lagu orang lain jelas tidak beretika dan melanggar hukum, plus, jangan warisi generasi mendatang dengan fitnah dan sampah kebencian. . Sekian & terima kasih

A post shared by Marzuki Mohamad (@killthedj) on


Tak hanya memberikan reaksi keras di media sosial, rapper asal Yogyakarta ini mengambil ranah hukum dengan melaporkan akun Instagram atas nama CakKhum ke Polda DIY pada Selasa (15/1).

"Saya tidak terima lagu itu dipakai untuk kampanye, baik paslon Jokowi Amin atau Prabowo Sandi," ungkap Marzuki seperti dikutip brilio.net dari laman liputan6.com, Rabu (16/1).

Bagi Marzuki, lirik lagu Jogja Istimewa memiliki nilai historis yang tinggi. Hal tersebut membuatnya tidak ingin mengingkari spirit lagu.

"Saya tidak ingin mengingkari spirit lagu itu untuk kampanye," tambahnya.

Lagu Jogja Istimewa sendiri diciptakan Marzuki pada 2010 dan langsung menjadi viral. Sejak terkenal, Jogja Istimewa menjadi salah satu lagu wajib yang kerap diputar di berbagai tempat dan radio di Yogyakarta bahkan hingga sekarang.

Tak sembarangan, Marzuki menciptakan lagu ini berdasarkan buku-buku sejarah tentang Yogyakarta. Latar belakangan terciptanya lagu Jogja Istimewa pun dituangkan Marzuki pada blog-nya. Dilansir brilio.net dari laman killtheblog.com, berikut lima fakta lirik lagu Jogja Istimewa.

1. Lagu Jogja Istimewa seperti soundtrack bagi warga Jogja.

fakta lagu Jogja Istimewa © 2019 brilio.net

foto: Instagram/@javahiphop


Diluncurkan pada 2010, Jogja Istimewa seolah menjadi lagu wajib yang selalu ada di sudut kota Yogyakarta. Sejak saat itu, lagu Jogja Istimewa menjelma sebagai soundtrack kehidupan bagi warga Jogja yang mencintai akar tradisi dan kebudayaan, dan penyemangat perjuangan atas hak-hak sebagai warga Jogja.

2. Pemikiran lagu berdasarkan sejarah.

fakta lagu Jogja Istimewa © 2019 brilio.net

foto: Instagram/@javahiphop


Lagu Jogja Istimewa dibuat Marzuki Mohamad dengan latar belakang sejarah Yogyakarta. Tak tanggung-tanggung, rapper yang akrab disapa Kill the DJ ini membaca tiga buku dalam waktu dua minggu. Ketiga buku tersebut berjudul 'Tahta Untuk Rakyat' yang berisi mengenai biografi tentang Sri Sultan Hamengkubuwono IX, 'Kraton Yogyakarta'; 'Sejarah, Nasionalisme dan Teladan Perjuangan, dan Perubahan Sosial di Yogyakarta' yang ditulis oleh mantan ajudan Sri Sultan ke-9.

Dari ketiga buku yang dibaca, buku Tahta Untuk Rakyat menjadi yang paling berkesan bagi Marzuki. "Buku ini menerangkan secara gamblang kepribadian Sultan HB 9 yang mungkin sebelumnya hanya seperti cerita rakyat. Sebagai buku, Tahta Untuk Rakyat berhasil menambah kekaguman dan hormatku terhadap pribadi Sultan HB 9, baik sebagai raja maupun manusia biasa," ungkap Marzuki.

3. Lirik berasal dari ungkapan tokoh-tokoh dan teks tradisional Jawa.

fakta lagu Jogja Istimewa © 2019 brilio.net

foto: wikipedia

Selain berdasarkan sejarah, 70% lirik yang terdapat lagu Jogja Istimewa juga diambil Marzuki dari ungkapan para tokoh seperti Ir Soekarno, Sultan HB IX, Ki Hadjar Dewantoro, RM Sosrokartono dan lainnya.

Tak hanya berdasarkan ungkapan para tokoh, lirik lagu Jogja Istimewa juga terinspirasi dari teks tradisional Jawa yang diubah dalam rima supaya lebih mudah di rap-kan. Semua kalimat-kalimat dari para tokoh dan teks-teks Jawa tersebut dituangkan Marzuki dalam lirik Jogja Istimewa sebagai berikut seperti keterangan Marzuki Mohamad.

"Holopis Kuntul Baris…"

Lirik ini merupakan ungkapan tradisional Jawa tentang sebuah ajakan untuk bekerja bersama-sama.

"Jogja! Jogja! Tetap Istimewa
Istimewa Negrinya, Istimewa Orangnya
Jogja! Jogja! Tetap Istimewa
Jogja Istimewa untuk Indonesia"

Ini diucapkan Soekarno untuk memberikan apresiasi setinggi-tingginya terhadap kraton dan rakyat Yogyakarta dalam perjuangan kemerdekaan.

"Rungokna iki gatra saka ngayogyakarta (Dengarlah ini untaian kata dari Yogyakarta)
Nagari paling penak rasane koyo swarga (Negeri paling nyaman seperti surga)
Ora peduli donya dadi neraka (Tidak peduli dunia sudah jadi neraka)
Neng kene tansah edi peni lan merdika (Di sini kami selalu nyaman dan merdeka"

"Seratus persen saya menulisnya sendiri, teks ini juga digunakan untuk lagu Dubyouth feat Ki Jarot Bombassu," kata Marzuki.

"Tanah lahirkan Tahta, Tahta untuk Rakyat
Di mana Rajanya Bercermin di kalbu Rakyat
Demikianlah singgasana bermartabat
Berdiri kokoh tuk mengayomi rakyat"

Lirik menggambarkan semangat takhta Sultan HB IX yang kemudian ditambahi oleh anaknya Sultan HB X dalam jumenengan (diangkat menjadi raja).

"Memayu hayuning bawana"

Ini merupakan visi Keraton Yogyakarta yang dicangangkan oleh HB I, artinya; membuat bumi menjadi indah, atau dalam Islam; Islam rahmatal lil alamin.

"Saka jaman perjuangan nganthi mardhika (Dari zaman perjuangan hingga merdeka)
Jogja istimewa bukan hanya daerahnya
Tapi juga karena orang-orangnya"

Penggalan lirik ini juga merujuk ungkapan Soekarno.

"Tambur wis ditabuh suling wis muni (Tambur telah ditabuh Seruling sudah berbunyi)
Holopis kuntul baris ayo dadi siji (Bersatu padu menjadi satu)
Bareng para prajurit lan senopati (Bersama para prajurit dan senopati)
Mukti utawa mati manunggal kawula Gusti (Mulia atau mati rakyat dan raja adalah satu"

Lirik ini ditulis sendiri oleh Marzuki, namun terpengaruh oleh teks-teks macapat tradisional kraton.

"Menyerang tanpa pasukan
Menang tanpa merendahkan
Kesaktian tanpa ajian
Kekayaan tanpa kemewahan"

Potongan lirik ini merupakan alih bahasa dari "Nlgurug tanpa bala, menang tanpa ngasorake, sugih tanpa raja brana, sekti tanpa aji" yang ditulis RM Sosrokartono menggambarkan pribadi Sultan HB IX.

Marzuki juga mengambil potongan puisi WS Rendra untuk lirik;
"Tenang bagai ombak gemuruh laksana Merapi"

Selain itu juga ada pepatah Jawa yang menginspirasi dia dalam menulis lirik;
"Tradisi hidup di tengah modernisasi
Rakyate jajah deso milang kori (Rakyatnya berkelana kemana-mana)
Nyebarake seni lan budi pekerti (Menyebarkan seni dan budi pekerti"

"Elingo sabdane Sri Sultan Hamengkubuwono kaping sanga
Sak duwur-duwure sinau kudune dewe tetep wong Jawa
Diumpamakne kacang kang ora ninggal lanjaran
Marang bumi sing nglahirake dewe tansah kelingan"
Salah satu ungkapan yang sangat saya kagumi dari Sultan HB 9: "ik ben een blijf in de allereerste plaats javaav", dalam bahasa Indonesia Sultan HB 9 menerangkan seperti ini; "setinggi-tingginya aku belajar ilmu barat, aku adalah dan bagaimanapun jua tetap Jawa".

Lagi-lagi Marzuki mengutip pernyataan tokoh bangsa, yang kali ini adalah Bapak Pendidikan Indonesia Ki Hadjar Dewantara.

"Ing ngarso sung tuladha
Ing madya mangun karsa
Tut wuri handayani
Holopis kuntul baris ayo dadi siji"

Inilah konsepsi social movement Jawa yang dipopulerkan oleh bapak pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara yang berarti, 'di depan meberi contoh, yang di tengah memberi dorongan, yang di belakang memberi semangat, jika inging mulia harus dengan usaha'.

Untuk menggambarkan perjuangan yang tulus, dia mengutip ungkapan Jawa;
"Sepi ing pamrih rame ing nggawe".

Ungkapan lain dari Soekarno juga muncul dalam lirik, yaitu;
"Sejarah wus mbuktekake
Jogja istimewa bukan hanya untuk dirinya
Jogja istimewa untuk Indonesia".

4. Bertujuan untuk mengaktualisasikan sejarah sekaligus kritik.

fakta lagu Jogja Istimewa © 2019 brilio.net

foto: Instagram/@javahiphop

Lagu Jogja Istimewa tak hanya ditulis Marzuki Mohamad sebagai sebuah karya seni. Lagu tersebut juga menggambarkan keistimewaan Yogyakarta. Lebih dari itu, Marzuki mencoba mewujudkan sejarah dan mengingatkannya kepada siapaun yang mendengar.

"Saya hanya mencoba mengaktualisasikan sejarah, mengingatkan siapaun yang mendengar, sebagai pembela sekaligus kritik bagi warga Jogja, termasuk mengingatkan semangat dan nilai-nilai yang telah ditanamkan Kraton pada masa perjuangan kemerdekaan," jelas Marzuki.

5. Lagu Jogja Istimewa diputar di acara-acara besar.

fakta lagu Jogja Istimewa © 2019 brilio.net

foto: YouTube/Kill the TV

Tak hanya menjadi soundtrack dalam kehidupan sehari-hari warga Jogja, lagu Jogja Istimewa juga menjadi pengiring di beberapa acara besar, seperti Sidang Rakyat Yogyakarta yang menentang Rancangan Undang-Undang Keistimewaan Yogyakarta oleh Pemerintah Pusat pada 13 Desember 2010. Sampai acara peringatan berpindahnya ibu kota Republik Indonesia pada 4 Januari 2011.