Brilio.net - Ada yang bilang manusia itu unik. Nggak heran sih, setiap orang lahir dengan karakter serta pembawaannya masing-masing yang belum tentu dimiliki orang lain, bahkan saudara sekalipun.

Ada manusia yang terlahir dengan sifat cuek, tapi ada juga yang sangat memperhatikan setiap detail hal-hal yang terjadi dalam hidupnya. Katanya sih orang-orang dengan sifat seperti ini disebut dengan perfeksionis, atau orang-orang yang selalu menginginkan semua hal sempurna terjadi dalam hidupnya. Baik apa nggak sih?

Dikutip brilio.net dari Science Daily, Jumat (7/8), menurut penelitian yang dilakukan Andrew Hill, asisten profesor psikologi olahraga dari Universitas York St John di Inggris, sikap perfeksionis justru tak baik karena dapat mengganggu kesuksesanmu, baik itu di tempat kerja, sekolah, pertemanan, bahkan kehidupan dalam bermasyarakat. Waduh!

Hal ini disebabkan karena sikap perfeksionisme bisa membuat kondisi seseorang menjadi lebih buruk sebab mereka lebih fokus terhadap kesalahan, sekecil apapun itu. Orang lain pun akan menjadi terpuruk karena seorang perfeksionis cenderung untuk menegur seseorang secara blak-blakan tanpa memikirkan bagaimana perasaannya.

Buat si perfeksionis ini sendiri, sikap selalu ingin sempurna tersebut bisa membuat kamu kelelahan yang berujung pada berbagai masalah kesehatan seperti depresi, cemas berlebih, gangguan makan, bahkan bisa memperpendek umurmu, lho.

Dijelaskan oleh Hill, stres yang dialami oleh si perfeksionis disebabkan karena mereka cenderung untuk mengkhawatirkan performa dirinya, sehingga memaksa mereka untuk bekerja lebih dari yang seharusnya. Orang perfeksionis juga lebih sering terdistraksi oleh hal-hal kecil, sehingga setiap kesalahan yang terjadi adalah bencana besar buat mereka.

Walaupun keberhasilan serta kesempurnaan merupakan tujuan setiap orang, namun orang-orang seharusnya belajar untuk melihat segala sesuatu secara realistis, menerima kesalahan sebagai kesempatan untuk belajar, serta memaafkan diri sendiri maupun orang lain jika kegagalan menghampiri.

"Menciptakan lingkungan yang memicu kreativitas, usaha serta ketekunan dapat lebih membantu ketimbang berkeluh kesah atas setiap kegagalan yang dialami," tutup Hill.