Brilio.net - Kepekaan terhadap emosi seseorang memang sangat susah dilakukan. Ketika kamu mencoba peka atau peduli dengan perasaan seseorang, eh ternyata yang terjadi malah kesalahpahaman. Gak enak banget kan? Ditambah lagi, era teknologi membuat kita semakin tidak peduli untuk memahami emosi orang lain karena orang-orang sering curhat melalui jejaring media sosial.

Dikutip oleh brilio.net dari Computers in Human Behavior, Kamis (14/5), dunia digital mengurangi kemampuan anak dalam membaca emosi orang lain. Dalam risetnya, peneliti melibatkan anak-anak yang duduk di kelas enam SD. Untuk membedakan hasilnya, sang peneliti melakukan pre-test terhadap semua siswa melalui foto dan juga video tanpa suara.

Kemudian, semua siswa dipecah menjadi dua kelompok. Grup pertama dikirim ke sebuah tempat untuk melakukan kemah. Di area tersebut, grup ini tidak memiliki akses ke media digital. Mereka melakukan interaksi melalui aktivitas seperti memanah, hiking, dan berjelajah alam.

Sedangkan, kelompok yang kedua tetap melakukan keadaan seperti hari-hari biasa. Peserta dalam kelompok ini juga mempunyai akses ke media digital dengan rata-rata akses empat hingga empat setengah jam setiap harinya setelah pulang sekolah.

Setelah lima hari, kedua grup diuji melalui post-test. Kelompok pertama menunjukkan peningkatan dalam mengenali emosi orang lain. Sedangkan, grup yang kedua hanya mengalami peningkatan sedikit saja.

Jika kamu kurang peka dengan perasaan orang lain, sekarang merupakan waktu yang tepat untuk mengurangi akses ke media digital. Hal yang terbaik adalah melakukan interaksi tatap muka secara langsung.