Brilio.net - Setiap orang yang menjadi korban pascabencana alam, pasti mengalami trauma. Bukan hanya orang tua, tapi juga anak-anak. Banyak orang yang mengatakan bahwa anak-anak lebih cepat lupa dengan suatu kejadian yang menimpanya, padahal belum tentu.

Psikolog anak, Vera Itabiliana Hadidjojo mengatakan, justru anak-anak lebih berat mengalami trauma karena mereka tidak bisa menolong dirinya sendiri. Kebanyakan dari mereka sulit mengekspresikan dirinya sendiri.

"Kalau orang dewasa lebih bisa mengendalikan dirinya, kalau anak-anak nggak bisa. Mereka biasanya bergantung pada orang dewasa yang ada di sekitarnya," katanya saat ditemui media dalam acara Talkshow Menggunakan Bakat Kita Untuk Meringankan Derita Korban Gempa yang diadakan Penerbit Erlangga, di Jakarta.

Vera mengatakan salah satu cara untuk bisa memulihkan trauma pada anak pascabencana alam adalah dengan karya seni. Di mana mereka bisa bebas mengekspresikan dirinya dan mengeluarkan kegundahan dalam dirinya.

"Seni itu bebas, ada unsur safety-nya anak kadang nggak nyaman mengekspresikan emosi, takut dibilang salah, ketika dia bermain, dia menggambar bebas itu bisa keluar semua, dalam seni dia bisa mengekspreaikan perasaannya, dan kita salah satu faktor yang bisa membantu pemulihan seseorang," jelasnya.

Vera juga menambahkan ketika anak-anak membuat karya seni seperti menggambar beri mereka kebebasan, karena ketika mereka sudah merasa nyaman mereka akan mengeluarkan apa yang dirasakan. "Tujuannya untuk relize, di situ bisa keluar dalam wujud karya seni," jelasnya.

Sementara itu, Editor Erlangga for Kids, Windrati Hapsari mengatakan, pihaknya akan menyediakan posko penggalangan bantuan nontunai untuk korban gempa Lombok, Donggala, dan Palu di Erlangga Talent Week 2018 pada 25-27 Oktober. "Mereka yang ingin menyumbangkan apa saja boleh men-drop di posko tersebut, bisa hasil karya, baju, atau makanan, nantinya tim Eureka Logistic yang akan mengirimkan ke Lombok, Donggala, dan Palu," ujar dia.