Brilio.net - Potensi seseorang patah hati sama besarnya dengan jatuh cinta. Orang dewasalah yang begitu rawan mengalami patah hati, sebab mereka telah mengenal hubungan cinta. Siapapun tak suka mengalami patah hati, sebab terasa begitu menyakitkan.

Ternyata, mengapa patah hati bisa menyisakan rasa sakit sedemikian rupa bisa ditinjau dari sisi ilmiah. Berikut penjelasannya, seperti dikutip brilio.net dari Asap SCIENCE.

Ketika sedang menanggung rasa sakit, semisal terluka, bagian otak bernama cingulate cortex terangsang. Bagian ini adalah area yang sama ketika otak teraktivasi saat seseorang mengalami eksklusifitas alias teralienasi dari lingkungan sosial.

Sakit fisik dan sakit perasaan selama ini kita sangka berbeda, padahal sama saja. Ketika seseorang memikirkan tentang kehilangan cinta, dia akan merasa hatinya terobek-robek, tertampar di wajah, atau terluka perasaannya.

 

Sains Patah Hati  © 2017 All Christian News

 

Orang-orang lebih memilih sakit fisik daripada tersisih dari pergaulan sosial. Namun mengapa dua hal yang terasa berbeda ini menghasilkan perasaan yang sama daalm tubuh? Ternyata, tubuh menggunakan rasa sakit fisik untuk mencegah risiko mendekati bahaya.

Ketika sedang terpisah dari orang yang dicintai, hormon kortisol akan meningkat. Ini mendorong penurunan hormon norepineprin, yang menjadi penyebab utama tubuh mengalami stres sebagai respon terhadap keadaan tadi. Inilah penyebab dari depresi, kecemasan, dan tangis.

Sebuah studi menyebutkan bahwa tingkat dukungan sosial berpengaruh pada penurunan level rasa sakit. Menyendiri adalah pilihan yang buruk ketika sedang patah hati. Jadi, ketika sedang patah hati, dekatkan dirimu pada teman dan keluarga. Dan jika kamu mengetahui seorang sedang mengalami derita perasaan, maka beri dia support.