Brilio.net - Omran Daqneesh, bocah 5 tahun asal Suriah yang tengah terduduk di ambulans dengan luka di tubuhnya sempat mengguncangkan dunia beberapa waktu lalu. Foto dan video yang memperlihatkan kondisinya yang berlumuran debu dan darah, membuat banyak orang merasa prihatin.

Konflik berkepanjangan di Suriah ini memang membuat rakyat sipil termasuk anak kecil seperti Oman turut menjadi korban. Meski nyawanya bisa diselamatkan tapi luka batin pasti akan terus ia rasakan. Belum lagi penderitaan yang harus dialami anak-anak lain karena kehilangan orangtua. Bahkan penderitaan dengan melihat bom terus berjatuhan di Suriah juga menjadi kesedihan bagi anak-anak.

Kondisi serupa dialami oleh gadis berusia 7 tahun asal Suriah, Bana Al-Abed. Lewat akun twitter miliknya @AlabedBana, ia mengunggah sebuah video yang memperlihatkan suasana mencekam kota Aleppo di malam hari. Mengenakan jumper warna hijau, Bana tampak berdiri di depan jendela sambil menutup telinga saat bom terdengar di kejauhan.

"Hello world, can you hear that?" tanya si gadis berambut panjang itu.

Selama beberapa minggu terakhir, Bana Al-Abed dan ibunya Fatemah memperlihatkan kondisi kehidupan mereka yang berada dalam ancaman bom yang bisa jatuh kapan saja di Suriah. Belum lagi menurut kabar terkini Aleppo Timur yang dikuasai pemberontak baru saja digempur oleh jet militer Rusia. Tak heran kalau bom-bom berjatuhan bisa terdengar di Aleppo.

Sementara, foto lain yang diunggah Bana menunjukkan reruntuhan gedung karena serangan bom. Caption yang Bana tulis juga sangat menyentuh hati.

Kadang-kadang ibu Bana sendiri yang berkicau di Twitter sembari menceritakan kondisi tempat tinggalnya yang memprihatinkan.

Dalam percakapan dengan Mashable via Twitter, Bana menjelaskan perang telah mempengaruhi hidupnya. Tidak ada rasa aman dan nyaman di kehidupannya.

"Kamu tak bisa hidup normal. Kamu akan selalu merasa takut untuk hidup. Ada pemboman di setiap waktu, bahkan di malam hari," katanya.

Meski serangan udara bisa terjadi kapan saja, Bana juga menunjukkan pada dunia untuk tetap bisa beraktivitas seperti anak-anak lain pada umumnya.

Akun Twitter milik Bana kini telah mendapatkan ribuan follower sejak dibuat bulan September lalu. Meski beberapa orang menuduh akun Bana adalah palsu, Fatemah mengatakan kepada BBC jika merasa kecewa karena dituduh berbohong.

Di samping hidup penuh ketakutan, Bana menerangkan kekurangan makanan dan air adalah isu utama yang terjadi di Suriah. Di sana tak bisa menikmati koneksi internet seperti di negara lain.

"Tidak ada makanan, beras dan pasta yang disimpan hancur. Air kotor. Listrik berasal dari tenaga surya, sehingga internet dan saluran telepon tidak berjalan maksimal," imbuhnya.