Brilio.net - Sinetron telah lama menjadi hiburan favorit di dunia pertelevisian Indonesia. Sinetron Tukang Bubur Naik Haji garapan H. Ucik Supra misalnya. Sinetron yang telah memproduksi 2.185 episode ini bercerita tentang kehidupan sehari-hari Bang Sulam seorang tukang bubur dan interaksi dengan tetangganya.

Dengan jumlah episode sebanyak itu, apa hal yang membuat penonton betah untuk terus menunggu kelanjutan cerita? Kali ini brilio.net akan mengulik faktor-faktor mengapa sinetron begitu digemari.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa sinetron sangat digemari dan sebab itu didominasi oleh ibu-ibu dan anak muda. Hal ini dikarenakan pria pada dasarnya praktikal, cenderung pada action, dan olahraga sedangkan sinetron lebih menekankan pada drama psikologis tentang kehidupan sehari-hari. Sifat sinetron ini lebih kena dengan sifat perempuan yang lebih empatis seperti dilansir dari Reelrundown.com.

Sebuah riset yang dilansir dari Mix.co.id, oleh Nielsen tahun 2012 silam menemukan bahwa setiap pengguna televisi menghabiskan rerata 4,5 jam menonton televisi per hari atau 24% dari acara yang ditonton adalah sinetron. Dengan demikian, jumlah jam nonton sinetron yang ditonton per orang per tahun adalah 197 jam.

Menurut Nielsen.com, anak-anak berumur 10-19 tahun menghabiskan waktu menonton rata-rata 36% dari total aktivitas mereka per hari. Maka tak mengherankan kalau sinetron bisa begitu booming di masyarakat. Sehingga bukan hal yang mengejutkan jika sinetron Bajaj Bajuri mampu memproduksi 1.065 episode, Cinta Fitri dengan 1.002 episode dan Raden Kian Santang dengan 835 episode.

Sinetron Cinta Fitri © 2017 brilio.net

Dengan banyaknya waktu yang dihabiskan masyarakat untuk menonton sinetron, rumah produksi semakin gencar menggunakan kesempatan ini untuk menjaring penonton dengan mengemas sinetron seapik mungkin. Berikut beberapa faktor pendukung yang membuat sebuah sinetron bisa tetap dicintai di kalangan masyarakat.

1. Menceritakan permasalahan sehari-hari.

Untuk tetap disukai, sebuah sinetron harus mampu menarik minat masyarakat. Menurut Elizabeth Hurlock dalam buku Psikologi Perkembangan, untuk menarik minat seseorang, maka sisi emosional dari orang tersebut harus 'disentuh' terlebih dahulu.

Untuk menyentuh sisi emosional masyarakat sinetron kemudian dibuat semirip mungkin dengan kehidupan sehari-hari masyarakat seperti kisah seorang tukang bubur, anak sekolahan, orang kantoran dengan masalah sehari-hari yang sangat relatable.

2. Tidak realistis dan dramatis.

Walaupun begitu, cerita tidak harus ditulis terlalu riil atau akan menjadi membosankan mengingat sinetron dibuat untuk tujuan menghibur sehingga beberapa unsur yang tidak realistis atau dibuat-buat juga penting untuk beberapa kepentingan termasuk di dalamnya menciptakan drama atau ketegangan.

Misalnya, Sobat Brilio pasti pernah menonton adegan kecelakaan dimana karakter yang akan ditabrak masih berada pada jarak yang cukup jauh untuk dapat ditabrak namun yang dilakukannya hanya berteriak dan bukannya melarikan diri. Kesal? Kalau iya, berarti mereka berhasil menyentuh satu emosimu.

3. Chemistry aktor-aktris.

Aktor dan aktris memegang peranan penting dalam menentukan minat penonton. Tidak hanya acting yang menguras air mata atau membuat penonton ikut marah atau senang, chemistry di antara pemeran juga menentukan keberhasilan sebuah sinetron atau tidak.

Chemistry yang kuat antara Aliando Syarief dan Prilly Latuconsina dalam sinetron Ganteng-Ganteng Serigala misalnya. Pihak casting tentu telah melakukan riset terlebih dahulu terkait aktor dan aktris yang akan diterima. Image yang lekat dengan mereka juga menentukan pendapat penonton terhadap sinetron yang ditonton.

Misalnya aktor Dude Herlino yang kuat dengan image alim, berwibawa dan likeable atau Cut Meyriska yang terkenal dengan peran antagonisnya yang bikin greget. Bukan tidak mungkin untuk mengambil peran yang kontras dari image mereka, namun penonton akan sulit untuk mengikuti jalan cerita ketika katakanlah karakter yang dimainkan oleh Dude Herlino di sinetron yang lain tiba-tiba menjadi jahat dan penuh dendam.

4. Background music.

Entah kamu sadari atau tidak, keberadaan background music juga mendukung terjadinya ikatan yang kuat antara sinetron yang tengah tayang dengan penonton sekaligus mendukung peran aktor dan aktris. Musik yang horor, lucu, atau menegangkan membantu penonton untuk ikut seolah-olah merasakan adegan yang sedang terjadi di TV. Tinggal tugas dari Music Director dari sebuah sinetron untuk mengira-ngira apakah musik yang akan dipilih mampu meningkatkan konsentrasi penonton.

5. Kejutan yang ditunda.

Kejutan yang 'tertahan' menjadi salah satu faktor berikutnya. Diakhir setiap episode, sebuah fakta pasti digantung untuk tetap 'memaksa' penonton menantikan episode berikutnya.

Misalnya ketika seorang ibu yang telah disiksa selama berepisode oleh menantunya akan menceritakan kejahatan kebenaran kepada anaknya, di situ sinetronnya akan dipotong. Penonton ditinggalkan dengan rasa penasaran entah itu reaksi dari anaknya atau kelanjutan nasib si anak mantu.

6. Waktu penayangan yang berdekatan.

Berbeda dengan acara pencarian bakat yang tampil sekali seminggu, sinetron biasanya tampil minimal 2 kali seminggu bahkan cukup banyak yang tayang tiap hari.

Waktu yang berdekatan ini mencegah kemungkinan para penonton untuk lupa pada akhir cerita episode sebelumnya. Selain itu penayangan ini juga untuk mencegah penonton berganti channel karena lelah menunggu episode berikutnya.

Itulah enam alasan kenapa sinetron bisa begitu digemari dan berlanjut sampai ribuan episode. Jadi, apa sinetron favorit Sobat Brilio?