Brilio.net - Siapa bilang film Indonesia gak bisa menembus pasar dunia. Buktinya, sederet film garapan sineas Tanah Air bisa berbicara di kancah internasional. Setidaknya, 11 film Indonesia bakal diputar di ajang The 29th Tokyo International Film Festival (TIFF) yang akan digelar mulai 25 Oktober hingga 3 November mendatang. Ke-11 film ini akan diputar dalam sesi Crosscut Asia #03: Colorful Indonesia.

Film Indonesia © 2016 brilio.net

Lewat Djam Malam (After the Curfew/1954), foto: Cinema Poetica.com

Sesi ini secara khusus dipersembahkan Japan Foundation Asia Center dan TIFF sejak 2014 lalu dengan menayangkan film dari sejumlah negara di Asia. Nah tahun ini, Crosscut Asia secara khusus bakal menampilkan film garapan sineas Indonesia. Tentu saja ini jadi kebanggaan ya.

Ke-11 film yang beruntung masuk TIFF yang beberapa judulnya sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris itu yakni About A Woman (2014), Something In The Way (2013), Lovely Man (2011), Three Sassy Sisters (2016), Cado Cado: Doctor 101 (2016), Mother (Emma), Filsofi Kopi (2015), Following Diana (Diana Sendiri Diana/2015), Someone’s Wife In The Boat of Someone’s Husband, After the Curfew (Lewat Dja Malam/1954), dan Fiction. Rencananya sejumlah bioskop di Tokyo akan menayangkan film-film tersebut. Masuknya ke-11 film Indonesia ini tak lepas dari peran para sineas yang ingin memperkenalkan film Indonesia di kancah internasional.

Film Indonesia © 2016 brilio.net

Cado Cado: Doctor 101, foto: YouTube.

Direktur Japan Foundation Jakarta Tsukamoto Norihisa mengatakan, film Indonesia terus mengalami kemajuan di dunia Internasional. Ke-11 film Indonesia ini dinilai sebagai bentuk refleksi keanekaragaman kebudayaan. Di samping itu sejumlah film dianggap provokatif dan mempunyai kekuatan daya tutur yang luar biasa dan kreatif, serta telah diakui di dunia internasional.

“Film-film Indonesia sudah banyak yang ditampilkan di internasional. Sebab beberapa film Indonesia sudah semakin dikenal dunia,” ujar Tsukomoto di Jakarta, belum lama ini.

Film Indonesia © 2016 brilio.net

Mother (Emma/2016), foto: VIFF.org


Ajang ini menurut Tsukomoto akan lebih memperkenalkan karya para sineas Tanah Air kepada sejumlah seniman film di Jepang. Gak heran jika ajang ini bisa menjadi pertukaran budaya antara kedua negara.

“Ini akan memperkenalkan realitas Indonesia. Hal ini jadi kesempatan besar untuk sineas Jepang mengenal film-film Indonesia. Selain itu ajang ini bisa menjembatani budaya Indonesia dan Jepang,” jelasnya.

<img style=

Filosofi Kopi (2015), foto: itcaughtmyeyes.com

Tuh keren kan?