Dunia kini tengah dihadapkan dengan adanya masalah, terutama masalah lingkungan. Masalah lingkungan yang banyak menjadi sorotan adalah tentang sampah. Sampah yang ada diprediksi akan bertambah menjadi 27 miliar ton/tahun pada tahun 2050 (Tanaka, 2008).

Namun saat ini, tidak sedikit manusia yang sadar akan pentingnya masalah sampah yang terjadi pada akhir-akhir ini, salah satunya dengan mengembangkan konsep waste to energy. Apa itu Waste to Energy?

Secara prinsip, Waste to Energy merupakan salah satu upaya untuk memanfaatkan limbah yang ada menjadi energi yang dapat dipakai oleh orang banyak. Secara prinsip teknologi, teknologiWaste to Energy dibagi menjadi 2 cabang utama, yaitu konversi bio-kimia dan konversi termo-kimia. Teknologi yang banyak dijumpai secara komersial umumnya terkait dengan pemanfaatan biomassa untuk menghasilkan energi.

Proses konversi bio-kimia merupakan dekomposisi bahan organik yang menghasilkan gasbio. Sementara proses termo-kimia merupakan dekomposisi bahan organik yang menghasilkan uap atau syngas atau bahan bakar padat. Sampai saat ini, teknologi konversi termo-kimia untuk sampah kota yang banyak adalah insinerasi atau konsep pembakaran. Setelah itu, dilakukan prinsip yang sejalan dengan powerplant batubara. Jika kita bayangkan, ketika 95.000 ton sampah per hari yang dihasilkan, berdasarkan data Brien pada tahun 2007 akan dihasilkan 2.500 MW listrik. Hmm, kalau kita coba terapkan di Indonesia, mungkin tidak yaa?