Toilet jongkok dan toilet duduk sering kali menjadi topik yang sering diperdebatkan, mana yang lebih baik untuk kesehatan tubuh. Pendukung toilet jongkok mengklaim bahwa menggunakan toilet jongkok dapat memungkinkan Buang Air Besar (BAB) yang lebih jernih dan lebih lancar.

Namun, bagi banyak orang Barat suatu gagasan bahwa BAB dengan cara tidak duduk di toilet membuat mereka ngeri. Lantas, bagaimana pandangan medis dan apa cara terbaik untuk mengosongkan isi perutmu?

Dilansir dari Dailymail, toilet siram (jongkok) pertama kali ditemukan pada akhir abad ke-16 oleh Sir John Harington. Namun, baru pada abad ke-19 toilet duduk tersedia dan digunakan secara massal. Sebagian besar dunia Barat menggunakan toilet duduk untuk buang air besar, sementara toilet jongkok lebih disukai di negara berkembang. Proses buang air besar atau defekasi jauh lebih rumit dari yang kamu bayangkan.

Pertama, rektum berkontraksi karena dipenuhi dengan feses. Ini menyebabkan otot polos saluran anus rileks. Otot puborectalis, yang melingkar di sekitar rektum seperti tali, biasanya menarik rektum ke depan untuk menciptakan sudut yang kencang yang dikenal sebagai sudut anorektal.

Selama buang air besar, otot puborectalis akan rileks dan sudut anorektal akan melebar. Berjongkok saat BAB dapat memperluas sudut anorektal bahkan lebih untuk memungkinkan bagian yang lebih jelas dan lebih lurus untuk tinja melewati saluran anal.

Sebuah eksperimen telah dilakukan pada perbedaan antara jongkok dan duduk. Peneliti Israel, Dov Sikirov, mempelajari 28 sukarelawan sehat yang diminta untuk mencatat berapa lama gerakan usus mereka dan seberapa sulit upaya mereka saat BAB. Para relawan duduk di toilet dengan ketinggian yang berbeda (tinggi 42cm dan 32cm) dan juga berjongkok di atas wadah plastik (berbentuk kursi).

Mereka merekam data untuk enam gerakan usus berturut-turut di setiap postur. Waktu rata-rata untuk buang air besar selama jongkok adalah 51 detik, dibandingkan dengan waktu rata-rata untuk buang air besar saat duduk yang lebih lama, yaitu sekitar 114 hingga 130 detik. Peserta lebih mudah buang air besar saat jongkok daripada saat duduk.

Sebuah studi di Jepang mengamati enam relawan di mana mereka memiliki rektum yang telah diisi oleh zat kontras dan kemudian diminta untuk mengeluarkan zat tersebut dari posisi duduk dan jongkok. Kondisi rektum mereka di dalam tubuh difilmkan dengan menggunakan radiografi langsung ditampilkan di layar.

Para peneliti menemukan sudut anorektal memiliki pelebaran yang lebih besar pada posisi jongkok. Peserta juga mengalami tegang perut yang lebih sedikit saat jongkok. Orang yang mengejan berlebihan cenderung mengalami robekan pada lapisan anus, yang dikenal sebagai fisura.

Studi lainnya di Pakistan mengamati para partisipan yang memiliki fisura anal kronis dengan gejala seperti buang air besar yang menyakitkan, keluarnya darah dari dubur dan kesulitan duduk. Peserta memeragakan posisi jongkok di kursi toilet yang telah dimodifikasi, dengan cara pinggul ditekuk dan kaki diletakkan di atas bangku yang tinggi (untuk membantu meniru posisi jongkok). Hasilnya, mereka ditemukan memiliki gejala yang berkurang secara signifikan dibandingkan dengan posisi duduk.

Meskipun berjongkok mungkin bermanfaat bagi orang dengan konstipasi kronis, tidak ada obat mujarab. Faktor-faktor lain seperti diet, olahraga, obat-obatan, dan asupan cairan dapat memengaruhi frekuensi dan konsistensi gerakan usus. Beberapa orang secara alami membutuhkan waktu sedikit lebih lama untuk pergi ke toilet karena suatu kondisi yang disebut 'sembelit transit lambat', yang mungkin dengan berjongkok saja tidak mengatasi kondisinya.

Gagasan banyak manfaat menggunakan toilet jongkok, dan bahaya toilet duduk, terkadang terlalu berlebihan. Tidak ada bukti kuat yang menunjukkan, misalnya, bahwa penggunaan toilet jongkok dapat mencegah atau menyembuhkan wasir.

Dan meskipun ini adalah konsep yang menarik, tidak ada data yang pasti bahwa posisi duduk menyebabkan diverticulosis kolon atau kantong di dinding usus besar. Tidak ada bukti juga yang menunjukkan posisi duduk saat BAB mengarah pada risiko lebih besar terkena kanker usus besar.

Berjongkok saat BAB pun tidak bebas dari risiko. Telah terbukti menyebabkan kenaikan kecil tekanan darah pada pasien sehat dan hipertensi. Beberapa stroke telah ditemukan terjadi selama jongkok dan buang air besar. Tetapi apakah postur jongkok selama buang air besar menempatkan pasien pada risiko penyakit jantung atau stroke yang secara signifikan lebih besar masih menjadi hal yang diperdebatkan.

Meskipun sulit untuk menarik kesimpulan pasti karena kurangnya studi jangka panjang, toilet jongkok memiliki manfaat yang jelas. Jika kamu memiliki toilet duduk tetapi ingin mendapatkan beberapa manfaat dari berjongkok, kamu dapat menggunakan kursi toilet dan bangku kaki yang dimodifikasi, yang memungkinkanmu untuk melenturkan pinggul dan mengangkat kaki kamu.