Sebelum kuliah di jurusan Psikologi dan setelah resmi memiliki gelar S. Psi., ada beberapa kesamaan yang kerap penulis temukan setiap berkunjung ke toko buku. Ketika mendatangi bagian rak yang bertuliskan Psikologi, buku-buku yang penulis harapkan muncul adalah buku cetak pendukung mata kuliah Psikologi atau buku tentang perkembangan diri, tapi ternyata sebagian besar yang disajikan adalah buku-buku tips dan trik untuk lulus psikotes. Penulis pun dahulu juga menjadi salah satu orang yang datang ke toko buku untuk membeli buku tips dan trik lulus psikotes ketika akan menghadapi ujian masuk Sekolah Menengah Atas.

Tak sedikit orang-orang di sekitar penulis yang melontarkan pertanyaan, Gimana sih caranya bisa lulus psikotes? ketika tahu penulis pernah mempelajari ilmu Psikologi selama empat tahun di bangku kuliah. Beberapa di antara mereka juga mengaku bingung apakah harus menghafalkan kunci jawaban yang dicontohkan di buku tips dan trik untuk bisa mengerjakan psikotes dengan baik.Penulis tak akan bisa menyalahkan orang-orang yang terlanjur percaya dengan berbagai media penyedia kunci jawaban untuk soal psikotes karena memang stereotip psikotes di mata awam biasanya sekadar salah satu tahap untuk lolos dari seleksi tertentu, bukan sebagai media untuk melihat gambaran emosi, kemampuan, atau preferensi diri.

Ketika memasuki mata kuliah Psikodiagnostik di semester empat, yaitu mata kuliah yang memperkenalkan berbagai jenis, kegunaan, hingga cara mengadministrasikan alat tes Psikologi, dosen pengampu sempat berpesan bahwasanya setelah melalui mata kuliah ini seharusnya mahasiswa Psikologi, termasuk penulis, mendapatkan insight tentang inti dari proses pengerjaan psikotes yang bukan tentang menghafal jawaban, tetapi perkara kesesuaian mengerjakan tes dengan instruksi yang sudah disampaikan. Dalam hal ini, di posisi seseorang dengan latar belakang pendidikan Psikologi, yang dalam konteks pelaksanaan psikotes biasanya akan menjadi tester, diharapkan mampu untuk mengomunikasikan secara jelas apa saja yang dibutuhkan untuk mengerjakan tes, larangan apa yang harus dihindari, intruksi mengerjakan soal, hingga apa yang harus dilakukan ketika peserta psikotes diberikan kesempatan untuk mengganti jawaban. Kalau kamu beruntung, biasanya tempat yang dipilih untuk pelaksanaan psikotes adalah tempat yang dinding-dindingnya tidak ramai dihiasi pajangan dan jauh dari kebisingan dalam rangka menjaga kenyamanan dan fokus peserta selama mengerjakan psikotes.

Bagaimana dengan posisi testeeatau orang yang mengerjakan psikotes? Jawaban untuk pertanyaan ini akan menggambarkan apa yang sebenarnya menjadi tips dan trik untuk lolos psikotes. Tanpa perlu membaca, menonton, atau mendengarkan media yang menawarkan kunci jawaban soal psikotes, tips ini menurut penulis mudah untuk dipraktikkan langsung.

Tips yang pertama adalah memastikan bahwa kondisi tubuh dan pikiran dalam keadaan siap, yaitu sehat secara fisik dan fokus untuk hadir here and now.Mengerjakan soal psikotes tentu akan mengandalkan kerja sama antara otak dan tangan untuk mengerjakan dengan cepat namun tepat karena dibatasi oleh waktu. Kegiatan ini tentunya akan menguras energi sehingga trik yang bisa kita lakukan setidaknya adalah sudah makan, minum, dan beristirahat dengan cukup.

Bukan tanpa alasan ketika tester memastikan bahwa testee sudah ke toilet, membalas chat, atau menerima panggilan telepon sebelum pelaksanaan psikotes dimulai. Hal ini semata-mata dilakukan agar waktu yang dimiliki testee untuk mengerjakan soal psikotes tidak terbuang percuma dan fokus testee tidak buyar ketika tiba-tiba ingin buang air kecil atau mendengar telepon berdering.

Tips yang kedua adalah mendengarkan dan kerjakan apa yang sudah diinstruksikan tester dengan baik.Ketika dirasa kurang jelas, testee dapat meminta tester untuk mengulang kembali penjelasan instruksi sebelum psikotes benar-benar dimulai. Beberapa alat tes mungkin memiliki bacaan instruksi di halaman awal sehingga testee sebaiknya memanfaatkan waktu yang diberikan untuk membaca seluruh instruksi dengan teliti sebelum dipersilakan untuk mengerjakan soal. Memerhatikan instruksi merupakan kegiatan yang terkesan sederhana, bahkan mungkin klise, tetapi yang kerap terjadi justru adalah hasil psikotes kurang maksimal hanya karena testee tidak benar-benar mengerjakan apa yang diinstruksikan.

Sebagai contoh, ketika tester meminta testee untuk membuat gambar manusia lengkap dan bukan animasi, masih ditemukan beberapa testee yang tetap menggambar figur-figur kartun. Percayalah ketika tester menyampaikan bahwa testee tidak perlu memikirkan apakah dirinya dapat menggambar atau apakah gambarnya akan bagus. Dalam proses ini yang dinilai bukan perkara bagus atau tidaknya gambar. Sekali lagi, ini adalah psikotes, bukan lomba menggambar, jadi testee hanya perlu fokus mengikuti arahan dan menghindari larangan.

Di momen lain ketika tester menyampaikan bahwa testee cukup memilih jawaban yang sesuai dengan kondisi diri karena tidak ada jawaban yang benar atau salah, testee hanya perlu memilih jawaban sesuai kondisi yang dialami atau setidaknya yang paling mendekati dengan kondisi diri. Beberapa testee kerap berpikiran bahwa jawaban yang dipilih adalah jawaban yang seharusnya diterima, misalnya secara norma sosial, tetapi tidak konsisten dengan pilihan jawabannya ketika dihadapkan pada soal yang sama.

Terlalu lama memikirkan jawaban apa yang harus dipilih juga akan menghabiskan waktu yang dimiliki testee sehingga trik yang dapat dilakukan adalah memilih jawaban yang paling pertama muncul ketika selesai membaca soal. Jawaban-jawaban spontan tersebut biasanya adalah jawaban yang paling jujur; sesuai dengan kondisi diri dan sebenarnya ingin dipilih testee.

Selain persiapan dan pengerjaan, sesi yang tidak kalah penting untuk diperhatikan adalah momen-momen akhir psikotes. Ketika tester mengingatkan bahwa waktu pengerjaan soal sudah habis, testee harus benar-benar meletakkan seluruh peralatan tulisnya dan tidak lagi melanjutkan proses pengerjaan soal. Testee juga harus memastikan bahwa hal-hal administratif terkait identitas diri sudah terisi lengkap sebelum jawaban dikumpulkan kepada tester. Gak mau kan jadi gagal lolos seleksi hanya karena hasil psikotesnya gak bisa dianalisis sama recruiter karena anonim?

Perlu dipahami pula bahwa tidak sepenuhnya salah ketika isi buku tips dan trik lulus psikotes adalah soal-soal matematika dasar, mencari lanjutan pola gambar, atau mencari sinonim dan antonim kata. Beberapa psikotes yang berhubungan dengan inteligensi memang akan memuat soal-soal kemampuan dasar sehingga dengan memperbanyak latihan atau membaca niscaya dapat membantu kita untuk mengerjakan soal dengan cepat dan tepat.

Perlu diingat juga, ya, kalau menemukan media yang mengharuskanmu untuk menghafal jawaban tertentu ketika mengerjakan psikotes, sebaiknya jangan dipercaya 100%. Istirahat cukup, fokus hadir, dan sesuai instruksi bisa jadi prinsip kuncian yang perlu kamu tanamkan dalam diri ketika akan menghadapi psikotes. Semangat!