Setiap perusahaan memiliki tujuan tertentu yang menjadi acuan atau landasan utama dalam proses pelaksanaan kegiatan di perusahaan. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan sumber daya manusia yang tepat agar bisa mendapat hasil maksimal.

Seperti yang diketahui, karyawan merupakan aset berharga dalam sebuah perusahaan karena mereka memiliki peran untuk menaikkan tingkat kepuasan pelanggan juga dalam hal menjaga kualitas produksi dan pelayanan (Rodriguez & Walters, 2017). Tidak hanya itu, performa karyawan juga berpengaruh pada stabilitas perusahaan. Karyawan dengan kompetensi yang tinggi cenderung memiliki pencapaian yang lebih. Sedangkan, jika kompetensi karyawan rendah, maka performa yang muncul menjadi tidak maksimal dan akan berakibat buruk pada perusahaan. Individu yang tidak mampu bekerja sesuai dengan ekspektasi cenderung memilih untuk meninggalkan perusahaan karena mereka merasa tidak produktif dan timbul rasa ketidakpuasan dengan pekerjaannya (Rodriguez & Walters, 2017). Hal ini tentu tidak diharapkan dan diperlukan langkah yang tepat untuk mengatasi permasalahan seperti ini. Oleh karena itu, salah satu caranya adalah dengan mengadakan pelatihan untuk meningkatkan performa karyawan agar tercipta kualitas sumber daya manusia yang mumpuni.

Pelatihan adalah sebuah upaya untuk meningkatkan performa karyawan dalam suatu pekerjaan dengan harapan karyawan mampu bekerja secara efektif (Karinda et al., 2016). Terdapat berbagai jenis pelatihan yang diterapkan pada perusahaan, tetapi kurang dari 35% karyawan yang mengikuti pelatihan menerapkan apa yang mereka peroleh ke pekerjaan yang mereka lakukan (Dessler, 2013).

Kunci dari pelatihan yang berhasil adalah pelatihan yang dilakukan harus menarik dan mampu membuat karyawan termotivasi. Hal ini kembali lagi kepada tujuan dari pelatihan itu sendiri, yaitu karyawan menjadi produktif dan berperan aktif dalam mencapai hasil juga tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan (Haryati, 2019). Peserta pelatihan selalu lebih termotivasi untuk mempelajari sesuatu jika hal tersebut memiliki arti bagi mereka, untuk itu penting membuat pelatihan yang menarik.

Dessler (2013) menyebutkan ada beberapa tips yang bisa dilakukan agar pelatihan menjadi lebih menarik bagi karyawan, yaitu sebagai berikut.

1. Pada awal pelaksanaan, perlu diberikan gambaran besar dari materi yang akan diberikan. Seperti contohnya, mengapa hal itu penting untuk dikuasai.

2. Gunakan berbagai contoh yang familiar dengan hal yang mereka sering hadapi.

3. Informasi yang akan diberikan dikemas dengan ringkas, logis, dan bermakna.

4. Gunakan istilah dan konsep yang mudah dipahami.

5. Gunakan gambar (visual) sebanyak mungkin.

6. Terakhir, ciptakan pemikiran pentingnya pelatihan pada tiap peserta.

Rencana strategis perusahaan harus berorientasi pada rencana jangka panjang (Dessler, 2020). Dengan demikian, rencana menjadi lebih terstruktur dan memikirkan berbagai cara untuk meminimalisir kemungkinan-kemungkinan yang terjadi. Individu yang tidak mampu bekerja sesuai dengan ekspektasi cenderung memilih untuk meninggalkan perusahaan karena mereka merasa tidak produktif dan timbul rasa ketidakpuasan dengan pekerjaannya.

Pelatihan memiliki peran yang penting dalam mengembangkan performa karyawan. Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh PT. Air Manado di mana menunjukkan hasil sebesar 74% produktivitas kerja karyawan dipengaruhi oleh pelatihan dan pengembangan yang dilakukan oleh perusahaan (Kandou, 2013). Ketika perusahaan memberikan perhatian kepada karyawan seperti dengan memberikan pelatihan dan membangun lingkungan kerja yang baik, akan timbul rasa keterikatan antar karyawan dengan perusahaan sehingga karyawan akan semangat untuk berkontribusi aktif kepada perusahaan.

Tingkatkan potensi karyawan, ini 6 tips membuat pelatihan yang menarik

Selain tips di atas, perlu ditekankan pula bahwa pelatihan yang dilakukan harus mampu diaplikasikan dalam pekerjaan yang dilakoni. Salah satunya adalah dengan Reinforcing the Learning, yaitu perlu dipastikan selama pelatihan berlangsung karyawan mendapat respons yang positif dari trainer. Menurut Dessler (2013), ada beberapa poin yang perlu diperhatikan untuk memaksimalkan hasil pelatihan.

a. Peserta belajar paling baik ketika trainer memperkuat tanggapan yang mereka dengan memberikan respons yang positif.

b. Perlu memperhatikan jadwal. Pelatihan menjadi tidak efektif ketika dilaksanakan seharian penuh. Waktu yang baik adalah setengah atau tiga per empat hari.

c. Memberikan tugas di akhir pelatihan sehingga ada perasaan harus pada diri peserta utuk menerapkan apa yang mereka pelajari selama pelatihan.

Perusahaan perlu memberikan usaha lebih dalam upaya meningkatkan kemampuan karyawannya (Haryati, 2019). Pelatihan menjadi salah satu solusi yang tepat untuk meminimalisir terjadinya penurunan performa perusahaan. Perlu diketahui terlebih dahulu apa yang menjadi masalah atau perhatian utama perusahaan terhadap kinerja karyawa, sehingga pelatihan yang dipilih bisa dipersiapkan dengan baik dan tepat sasaran. Bukan hanya penting memikirkan strategi pelatihan yang sesuai, tetapi juga bagaimana pelatihan tersebut menarik bagi peserta. Dengan demikian, pelatihan yang komprehensif memiliki dampak yang luar biasa pada keberhasilan perusahaan dan meningkatkan kinerja serta kualitas dari karyawan itu sendiri (Aldhukair & Abunar, 2021).