Apakah kamu pernah merasa tertahan atau mati rasa saat bersiap tidur atau terbangun saat tidur?Jika iya, berarti kamu pernah mengalami apa yang dimaksud dengan ketindihan atau dalam dunia medis disebut dengan sleep paralysis.

Dalam kehidupan modern saat ini, masalah tidur sering dihadapi oleh banyak orang. Terutama karena adanya faktor kehidupan modern, jam kerja, dan masih banyak lagi. Masalah tidur yang sering terjadi dalam kehidupan masyarakat modern saat ini adalah sleep paralysis. Sleep paralysis adalah suatu kondisi di mana gerakan otot rangka terhambat, tetapi gerakan otot mata, pernapasan, dan fungsi sensorik tetap berfungsi dengan lancar.

Fenomena sleep paralysis di Indonesia sendiri sering disebut dengan istilah tindihan atau ketindihan, dan sering diduga terkait dengan berbagai halusinasi, seperti sensasi kehadiran makhluk supranatural yang dikenal sebagai halusinasi penyusup, seperti sihir, serangan iblis, dan penyekapan. Sleep paralysis biasanya berlangsung dari beberapa detik hingga beberapa menit.

Lalu, berapa kali sleep paralysis dapat terjadi?

Sleep paralysis biasanya terjadi sekali atau dua kali selama tidur. Saat mengalami sleep paralysis, otak sebenarnya sudah keluar dari fase REM (Rapid Eye Movement) tapi tubuh belum, sehingga otot-otot masih lemah. Sebagian besar orang percaya mitos bahwa ketindihan atau sleep paralysis ini dapat mengancam jiwa, namun mitos tersebut tidak memiliki dasar ilmiahnya. Meskipun sleep paralysis tidak berbahaya, namun jika terlalu sering terjadi perlu untuk diwaspadai karena sleep paralysis dapat menjadi gejala dari suatu penyakit pada gangguan tidur lainnya.

Beberapa penyebab dari munculnya sleep paralysis yaitu posisi tidur yang terlentang, stres, dan gangguan tidur narkolepsi. Faktor lain yang juga sebagai pemicu munculnya sleep paralysis adalah gangguan panik, depresi, dan Post Traumatic-Stress Disorder (PTSD). Sementara waktu tidur juga berkontribusi ringan dalam penyebab munculnya sleep paralysis, yaitu saat tidur di atas pukul 12 malam dan kekurangan durasi tidur.

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa sleep paralysis banyak terjadi pada seseorang yang mengalami gangguan mental. Seperti pada masa anak-anak yang pernah mengalami kekerasan telah dikonfirmasi sebagai pemicu munculnya sleep paralysis. Sehingga menunjukkan bahwa ada korelasi positif yang signifikan antara stres dengan sleep paralysis.

Menurut laman National Health Service, fenomena sleep paralysis ini akan membaik dari waktu ke waktu. Satu-satunya cara untuk mengurangi bahkan mengatasi terjadinya sleep paralysis ini yaitu dengan menerapkan kebiasaan tidur yang baik, antara lain:

1. Tidur secukupnya sekitar 6-8 jam setiap malam.

2. Tidur dan bangun pada jam yang sama dan teratur.

3. Pada penderita dengan gangguan kecemasan yang berlebihan, sebaiknya dikonsultasikan ke dokter untuk pemeriksaan yang lebih teliti, dan dokter akan meresepkan obat antidepresan.

Jadi, jangan coba-coba menyembuhkannya sendiri yaa!