Pasar secara umum adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli. Nah, adalah hukum alam bila pembeli tentu saja menginginkan harga yang lebih murah untuk suatu barang dengan mutu yang baik. Sedangkan sebaliknya untuk pedagang, tentu senang bila dagangannya dibeli dengan harga yang memuaskan.

Dari beberapa upaya yang dilakukan pembeli untuk mendapatkan keinginannya tersebut, salah satunya adalah menggunakan bahasa yang sama dengan si pedagang.

Selain memang memiliki bahasa nasional yaitu bahasa Indonesia, sebagian besar orang Indonesia juga memiliki bahasa daerahnya masing-masing. Dalam hal ini, misalnya, pedagang merupakan pengguna bahasa Minang, maka pembeli akan berupaya menggunakan bahasa yang sama. Meskipun kadang yang diketahui cuma "Uda" sama "Uni"-nya saja.

Nah, berlaku juga pola yang sama jika si pedagang adalah pengguna bahasa Jawa, bahasa Batak, ataupun yang lainnya.

Sebuah studi skripsi oleh Jasman (2017) dari Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Riau, meneliti apakah dengan bahasa yang sama pedagang akan menurunkan harga dagangannya. Penelitian ini mengambil lokasi di Pasar Cik Puan Pekanbaru, Riau.Sebuah Pasar tradisional yang berada tepat di pusat kota Pekanbaru. Menggunakan metode kualitatif, penelitian ini memandang dari sisi pembeli dan penjual.

Dari penelitian tersebut disimpulkan bahwa pedagang tidak menjadikan kesamaan bahasa sebagai faktor mereka menurunkan harga. Serta ditemukan bahwa benar pembeli cenderung berupaya mendekatkan diri kepada pedagang melalui bahasa untuk mendapatkan kesepakatan harga yang paling sesuai.Penjual mengatakan bahwa mereka sama sekali tidak terpengaruh, malah bahkan tidak terfokus kepada bahasa yang digunakan.

Jadi, bagaimana biar dapat diskon?

Para penjual yang diwawancarai mengatakan bahwa perubahan harga itu tergantung waktu, keadaan, dan kadang-kadang mood.

Maksud dari waktu adalah sudah di penghujung hari tapi barang dagangan masih banyak, keadaan tersebut akan membuat pedagang lebih terbuka dalam bernego. Lalu keadaan, misalnya ketiadaan uang kembalian atau memang mereka ingin melakukannya saja.

Pendapat penjual tentang pembeli, mereka bisa melihat pembeli yang biasa atau tidak biasanya berbelanja dari gesture,bukan pada bahasa yang digunakan.

Senada dengan hasil ini, melalui sebuah polling cepat melalui media sosial yang penulis lakukan, ditanyakan hal "Apakah Kesamaan Bahasa Menjadi Faktor Pedagang untuk Memainkan Harga?", didapatkan hasil 80% memilih "Ya" dan 20% memilih "Tidak". Lebih lanjut diketahui bahwa 20% yang memilih "Tidak" ini adalah pedagang.

Meskipun begitu, ada pula pengalaman berbeda dialami oleh seorang pembeli di Ubud Traditional Art Marketyang mngatakan bahwa ketika ia berbelanja di sana dengan seorang temannya, temannya mendapatkan harga yang lebih murah dari harga yang telah dibelinya. Disinyalir, temannya menggunakan bahasa Bali yang sama dengan si penjual.

Nah,bagaimana denganmu? Apakah kamu pernah sengaja mendekatkan diri dengan bahasa sama yang digunakan oleh penjual?

Sampai bertemu pada artikel selanjutnya.

Catatan: Penelitian Kualitatif adalah jenis penelitian mendalam dan bukan untuk fungsi generalisasi.