Sebuah bom meledak di kediaman pemimpin de facto Myanmar, Aung San Suu Kyi yang berada di pinggir danau yang terletak di kota Yangon. Saat bom meledak Suu Kyi di kabarkan tidak ada di rumah kediamannya tersebut.

"Itu bom Molotov," ujar juru bicara pemerintah Myanmar, Zaw Htay seperti dikutip kantor beritaAFP,Kamis (1/2/2018).

Zaw Htay mengatakan, saat insiden berlangsung, peraih nobel itu sedang berada di ibukota, Naypyitaw. Ledakan bom itu menimbulkan kerusakan kecil di tempat kediaman Suu Kyi.

Rumah tepi danau itu merupakan tempat di mana Suu Kyi menjalani tahanan rumah selama dua dekade di bawah pemerintahan junta militer Mynamar. Periode penahanannnya yang berlangsung lama itu memberi perempuan itu pengakuan dunia sebagai simbol demokrasi.

Suu Kyi berada di Ibukota Naypyitaw untuk memberikan pidato di depan parlemen dalam rangka dua tahun pemerintahan partai NLD-nya.

Pada insiden pengeboman rumah pemimpin de facto Myanmar belum di temukan korban jiwa, dan mengakibatkan kerusakan kecil di rumah pemimpin Myanmar ini.

Selama ini belum ada serangan yang di targetkan kepada simbol demokrasi ini, belum jelas motif dari pengeboman ini namun beberapa pakar mengamati bahwa kejadian bom ini bentuk protes atas kejadian yang menimpa Rohingnya.

Insiden ini terjadi di saat Suu Kyi menuai kritikan dari komunitas internasional atas apa yang dianggap sebagai kegagalannya untuk membela warga minoritas muslim Rohingya di negara bagian Rakhine. Hampir 700 ribu warga Rohingya telah kabur ke Bangladesh akibat operasi militer di Rakhine sejak Agustus 2017 lalu. Pemerkosaan, penyiksaan, pembakaran dan pembunuhan dilaporkan marak terjadi selama operasi militer Myanmar tersebut.