Review Film Imperfect : Jadikan kekuranganmu menjadi kelebihanmu

Film Imperfect garapan Ernest Prakasa kembali menjadi salah satu film pilihan terbaik untuk mengisi liburan di akhir tahun ini. Film ini mengangkat isu serius mengenai budaya yang kerap terjadi di masyarakat (bully/body shamming)yang terjadi tanpa disadari dalam sebuah keluarga dan lingkungan, namun dikemas dalam balutan drama komedi yang ringan.

Film ini menceritakan seorang gadis (Rara) yang berproses menerima diri sendiri melawan hinaan akan bentuk tubuhnya dari keluarga dan lingkungannya. Rara kerap merasa jadi anak tiri dalam setiap kebijakan yang diambil di dalam keluarganya. Terlebih saat ayahnya meninggal dunia dan Ibunya mulai bertindak sebagai kepala keluarga. Rara mengalami body shaming sejak kecil di keluarganya hingga dewasa, bahkan setelah dia masuk ke lingkup pekerjaan. Dia juga mempunyai seorang adik perempuan (Lulu) yang memiliki tubuh begitu langsing dan berkulit putih mulus seperti sang Ibunda.

Meskipun memiliki tubuh yang kurang sempurna seperti pandangan masyarakat pada umumnya, Rara memiliki kebaikan hati yang tidak dimiliki oleh banyak orang. Ia kerap membantu mengajar di sekolah anak-anak jalanan, dan itu yang membuat seorang pria (Dika) jatuh hati dan menerima Rara apa adanya.

Tak hanya memiliki sifat kebaikan hati, Rara juga seorang gadis cerdas serta setia kawan. Dan hal itu yang membuat Rara bersahabat baik dengan rekan kerjanya (Fey) di sebuah perusahaan besar produsen produk produk kecantikan.

Tidak hanya mengangkat tema yang serius, penonton tidak hanya disuguhkan suasana haru dan kesedihan Rara menghadapi Bully. Akan tetapi juga menghadirkan cerita jenaka mengenai perbedaan nasib empat orang anak kost. Diantaranya Endah yang mempunyai gigi tidak rata, Maria dengan rambutnya yang kribo, Prita dengan tompelnya, juga Neti dengan kelebihan organ tubuhnya.

Efek drama yang begitu menguras air mata penonton, mengenai kehidupan Rara, kesulitan finansial yang dihadapi keluarga Dika, serta cerita sejumlah tokoh jenaka yang membawa irama alur film berjalan stabil tanpa adegan yang sia-sia.

Konflik keluarga, merupakan permasalahan masyarakat di kota besar seperti Jakarta, ragu dan cemburu dalam sebuah perjalanan cinta, hingga cerita tentang politik kantor yang begitu menyebalkan, tergambar secara sempurna dalam film ini.

Film ini mampu menyadarkan masyarakat bahwa bullying dan body-shamming yang mungkin dilakukan secara tidak sengaja, akan tetapi dapat memberikan pengaruh yang luar biasa bagi korban.

Nama : Nida Dzatinnuraini H

Prodi : Ilmu Perpustakaan

Universitas Yarsi