Pernah merasakan bahwa kondisimu sebenarnya sehat-sehat saja menurut kondisi medis, namun kamu merasakan sakit baik secara fisik ataupun secara keadaan? Kurang lebih itulah gambaran mengenai Psikosomatis, di mana dapat dikatakan juga merupakan suatu kondisi saat pikiranmu dapat memengaruhi kondisi fisikmu.

Baik pikiran maupun fisik seseorang, sebenarnya keduanya saling berkaitan dan dapat memengaruhi satu dengan yang lainnya. Maka tidak heran kenapa suatu pola pikir yang sehat juga dapat memengaruhi kesehatan fisik dari seorang individu. Lalu, bagaimana suatu pola pikir dapat memengaruhi kondisi dari seseorang?

Seperti dapat diketahui bahwa pikiran seseorang dapat menyebabkan munculnya suatu gejala atau perubahan fisik pada seseorang. Sekarang dapat diambil contoh pada saat seseorang merasa takut, kondisi fisik yang ditimbulkan seperti jantung berdebar-debar, berkeringat, dan napas menjadi cepat. Gejala-gejala tersebut kurang lebih ditimbulkan saat seseorang sedang dalam kondisi takut.

Lalu, penjelasannya adalah suatu pikiran dapat meningkatkan aktivitas listrik atau impuls dalam saraf dari otak ke berbagai bagian tubuh. Selain itu pikiran juga berperan bagi pelepasan hormon dan zat seperti adrenalin (epinefrin). Namun, dalam hal ini juga pembuktian mengenai beberapa kondisi fisik yang mungkin disebabkan oleh pikiran masih perlu dilakukan pengujian secara lebih lanjut karena penjelasan yang ada di atas tersebut hanya dapat menjelaskan mengenai pengaruh dari impuls saraf dari otak ke berbagai bagian tubuh.

Kondisi yang ditimbulkan dari psikosomatis ini juga sangat beragam. Katakanlah pada saat kondisi sekarang ini, yaitu pada saat pandemic Covid-19 terjadi hampir di seluruh dunia yang mengakibatkan kecemasan dan ketakutan di berbagai kalangan masyarakat. Pada saat kondisi cemas dan ketakutan ini menyerang masyarakatlah psikosomatis dapat datang dan memperburuk keadaan.

Contohnya seseorang yang sebenarnya sehat-sehat saja, setelah dia melihat dan mendapat informasi megenai gejala-gejala Covid-19 dan berita lainnya yang memicu ketakutan dan kecemasannya. Seseorang tersebut akan mungkin akan merasakan kondisi yang dia baca ataupun dia dapatkan informasinya dan mengaitkannya dalam kondisi dirinya sendiri, yang sebenarnya baik-baik saja. Hal inilah yang kemudian sering kali dapat menipu kita mengenai kondisi diri kita yang sebenarnya baik-baik saja. Namun karena faktor dari kecemasan, ketakutan, ataupun kondisi pikiran yang lain akhirnya membuat kita seolah-olah merasakan sakit.

Lalu, bagaimana cara mengatasi psikosomatis?Dalam mengatasi terjadinya psikosomatis atau setidaknyadapatmenekan hal tersebut ada beberapa cara, yaitu:

1. Psikoterapi.

Psikoterapi merupakan suatu metode intervensi klinis untuk dapat mengubah kondisi dari seseorang. Untuk metode psikoterapinya disarankan menggunakan terapi kognitif perilaku, di mana hal tersebut dapat membantu untuk mengubah mindset atau pola pikir dari seseorang dalam menghadapi kondisinya.

2. Meditasi atau relaksasi.

Meditasi atau relaksasi juga merupakan suatu metode yang dapat digunakan untuk mengelola kondisi pikiran seseorang. Perlu diketahui di sini bahwasannya melakukan relaksasi atau meditasi itu tujuannya bukan untuk menekan kondisi atau stres seseorang, namun lebih mengarah kepada bagaimana mengelola hal tersebut.

3. Obat-obatan.

Untuk metode yang selanjutnya dapat digunakan adalah menggunakan obat-obatan seperti antidepresan, namun harus dengan menggunakan resep dari dokter. Perlu diketahui juga bahwa metode menggunakan obat ini dapat dilakukan apabila memang kondisi tersebut sudah tidak bisa lagi dilakukan dengan menggunakan metode psikoterapi maupun dengan menggunakan relaksasi.

Seperti yang telah dijelaskan tersebut, pentingnya menjaga pola pikir yang sehat adalah sama pentingnya dengan menjaga pola hidup yang sehat juga. Sebab indikasi seseorang dapat dikatakan sehat pada dasarnya adalah saat dia sehat baik secara mental maupun secara fisik. Oleh karena itu, mari kita sama-sama menjaga kondisi kesehatan pikiran dan mental kita.