Belakangan ini banyak media yang menyajikan informasi mengenai profesi dan pekerjaan di mana peran manusia akan hilang. Penyebab utamanya yakni terkait dengan perkembangan teknologi, robot, Artificial Intelligence(AI) dan lainnya. Bidang pekerjaan redudant yang diprediksikan akan mudah digantikan oleh mesin atau algoritma kecerdasan buatan. Profesi dan pekerjaan tersebut di antaranya adalah teller bank, kasir, narahubung layanan produk, pekerja pabrik produksi dan manufaktur.

Di sisi lain, pekerjaan dan profesi yang berkaitan dengan internet of things/IoT baru-baru ini muncul dan semakin menjamur. Profesi dan pekerjaan tersebut di antaranya seperti analis keamanan informasi, spesialis proses otomasi, dan spesialis internet. Pekerjaan yang mampu menyelesaikan permasalahan kompleks, pemikiran kritis, serta kreativitas tinggi memiliki tren yang meningkat, sedangkan pekerjaan di bidang administrasi dan perkantoran memiliki tren yang menurun. Bagaimana dengan nasib profesi akuntan? Sejauh mana robot dapat menggantikan peran seorang akuntan? Lalu kapan pekerjaan akuntan akan benar-benar sirna?

Profesi akuntan memang bisa saja tergantikan oleh robot atau kecerdasan buatan. Sudah ada perusahaan rintisan yang mengembangkan Artificial Intelligence (AI) untuk melakukan otomatisasi kegiatan akuntansi yang bernama Smacc. Smacc mempermudah kegiatan akuntansi perusahaan, perusahaan cukup memberikan bon dan dokumen yang dibutuhkan. Kemudian data akan diubah menjadi formasi kompatibel dan dapat dibaca oleh mesin, serta melakukan enkripsi, mesin pun akan melakukan perhitungan sesuai kebutuhan perusahaan. Namun, apakah betul semudah itu?

Maraknya media massa yang memberitakan tentang tergantinya peran seorang akuntan oleh robot, membuat para mahasiswa khususnya mahasiswa akuntansi menjadi khawatir dan resah. Para mahasiswa khawatir jikalau saat lulus nanti mereka tidak kebagian kerja, sebab robot sudah dapat menyelesaikan semua pekerjaan. Walaupun sudah banyak aplikasi akunting maupun teknologi Artificial Intelligence yang berkembang, namun belum ada teknologi AI yang dapat menggantikan tugas akunting secara sempurna. Kemampuan menganalisa yang dimiliki seorang akuntan tidak dapat digantikan oleh robot. Sebagian masyarakat awam beranggapan bahwa pekerjaan seorang akuntan hanya sekadar melakukan pencatatan/pembukuan, dan membuat laporan keuangan. Kegiatan ini hanya disebut kegiatan pembukuan, sementara itu jangkauan akuntansi sendiri lebih luas daripada kegiatan pembukuan.

Lebih dari sekadar pencatatan.

Penyusunan dan penganalisaan informasi keuangan merupakan peran utama para akuntan profesional, output-nya berupa pelaporan ke pihak internal maupun eksternal. Semua penyusunan laporan keuangan didasari oleh standar akuntansi keuangan atau dikenal dengan istilah Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Dalam skala internasional, laporan keuangan didasari pada International Financial Reporting Standard (IFRS).

Komputerisasi dan teknologi digunakan hanya untuk membantu menganalisa serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam menyelesaikan pekerjaan, akan tetapi critical thinking dan judgment tetap ada pada diri manusia dan itu merupakan domain manusia, bukan mesin. Hal ini akan terus mengalami peningkatan sejalan dengan peningkatan kompleksitas bisnis global. Aspek ini membuktikan ketidakmungkinan pekerjaan akuntan dapat tergantikan oleh teknologi informasi.

Seorang akuntan harus dapat berinovasi dan memiliki kreativitas tinggi untuk dapat mengatasi kompetisi persaingan bisnis. Dalam hal ini, komputer dan teknologi informasi lainnya hanya dapat digunakan sebagai pelengkap daripada pengganti peran akuntan. Tidak mungkin mesin dapat menyelesaikan pekerjaan yang sifatnya lebih vital, seperti perumusan strategis perusahaan, penyusunan perencanaan strategis, dan pembuatan sistem kompensansi.

Seorang akuntan perlu memperhatikan beberapa macam aspek penting dalam mengidentifikasi transaksi, di antaranya adalah standar akuntansi yang berlaku umum (PSAK), undang-undang perpajakan, serta regulasi terkait lainnya. Keputusan yang dibuat seorang akuntan akan berdampak pada laporan laba rugi perusahaan.

Sebagai contoh, penentuan mengenai depresiasi (penyusutan) aset tetap perusahaan, diperlukan pertimbangan untuk menentukan metode penyusutan mana yang lebih menguntungkan. Namun di sisi lain, pemilihan metode harus disesuaikan dengan metode penyusutan yang ditetapkan dalam undang-undang perpajakan yakni penyusutan fiskal. Kesalahan pemilihan metode penyusutan dan penentuan umur ekonomis aset akan berdampak signifikan terhadap masa depan perusahaan.

Masih banyak keputusan penting lainnya yang harus dibuat akuntan dan tidak dapat dilakukan oleh komputer dan teknologi informasi. Selama masih ada regulator, perarturan-peraturan dan standar akuntansi keuangan yang berlangsung, pertimbangan serta keputusan manajerial seorang akuntan mengenai siklus akuntansi di suatu perusahaan masih sangat dibutuhkan.

Bidang pekerjaan akuntansi yang relevan.

Peluang kerja di bidang akuntansi sangat terbuka lebar di semua sektor. Di entitas bisnis lulusan akuntansi diperlukan di semua fungsi keuangan di bawah direktorat keuangan, di antaranya seperti akuntansi keuangan, manajemen risiko, keuangan perusahaan, pelaporan manajemen, penganggaran dan perpajakan.

Di entitas sektor publik sedang terjadi penerimaan besar-besaran lulusan akuntansi di semua unit. Seorang akuntan pemerintah diharuskan memahami dengan benar penerapan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP).

Di sektor nirlaba peranan seorang akuntan berada di barisan terdepan. Penyusunan program-program yang dapat menarik minat banyak donatur dengan tujuan untuk meningkatkan dana merupakan kegiatan utama dari sektor ini. Selanjutnya program yang telah tersusun dilaporkan secara spesifik dalam bentuk laporan keuangan.

Auditor merupakan profesi yang melakukan tugas audit atas laporan keuangan. Banyak sarjana akuntansi yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) sebagai jalur cepat untuk menjadi profesional keuangan. Dengan menjadi seorang auditor, lulusan akuntansi dapat memahami secara langsung transaksi nyata yang terjadi dalam klien yang diauditnya.

Di luar itu semua, masih banyak bidang pekerjaan yang memerlukan lulusan akuntansi, bahkan yang tidak ada hubungannya dengan uang sekaligus, seperti, konsultan keuangan, dosen atau guru, bahkan berwirausaha. Untuk menjadi seorang akuntan profesional tidak hanya menjadi lulusan akuntansi yang hanya menguasai pengetahuan dasar akuntansi. Menjadi akuntan profesional dimulai dengan pemahaman standar minimal pengetahuan, lulus ujian sertifikasi profesi, bergabung dengan asosiasi profesi, serta menyesuaikan diri dengan kebutuhan industri saat ini. Penyesuaian diri terhadap kebutuhan industri dapat dilakukan dengan menguasai teknologi informasi, ilmu data, kemampuan berkomunikasi, berbahasa asing, dan soft skill lainnya.

Oleh: Mahasiswi FEB UPN Veteran Jakarta