Sapardi Djoko Damono merupakan salah satu maestro sastrawan Indonesia. Pria yang lahir di Kota Batik, Solo pada tanggal 20 Maret 1940 ini telah melahirkan banyak sekali karya sastra, salah satunya puisi.

Puisi-puisi yang dibuat olehSapardi dominan sebagai representasi kehidupan yang pelik. Puisi yang bercerita akan dunia percintaan manusia juga banyak terlahir dari ruas-ruas jarinya yang menari di atas kertas.

Beberapa puisi cinta yang terlahir dari tangan Sapardi acap kali bernapaskan duka yang membuat hati para pembaca pun pendengarnya tersentuh. Di Restoran merupakan salah satu puisi cinta yang bernapaskan kesedihan.

"Di Restoran

Kita berdua saja, duduk
Aku memesan ilalang panjang dan bunga rumput
Kau entah memesan apa
Aku memesan batu di tengah sungai terjal yang deras

Kau entah memesan apa
Tapi kita berdua saja, duduk
Aku memesan rasa sakit yang tak putus dan nyaring lengkingnya
Memesan rasa lapar yang asing itu"

Diksi "Di Restoran" yang dipilih oleh Sapardi untuk puisi di atas memiliki makna yang mendalam. Restoran merupakan tempat makan yang biasa ditemukan pada kota-kota besar, Jakarta misalnya. Restoran biasa dijumpai oleh orang-orang kalangan atas, berbeda dengan warteg yang makanannya dapat dinikmati mulai dari kalanganbawah hingga kalangan atas.

Menurut penulis, restoran pada judul puisi ini merupakan representasi dari bentuk hubungan masyarakat kota yang mewah dan banyak sekali perdebatan-perdebatan dalam hubungan tersebut. Perdebatan yang terjadi bisa berupa perselingkuhan, cinta tak terbalas (bertepuk sebelah tangan), mencintai dalam diam, dan polemik percintaan lain yang masih banyak dan sering terjadi.

Lalu, kisah percintaan mana yang dikisahkan Sapardi dalam puisi Di Restoran? Mari kita kaji makna puisi ini satu per satu.

"Kita berdua saja, duduk
Aku memesan ilalang panjang dan bunga rumput
Kau entah memesan apa
Aku memesan batu di tengah sungai terjal yang deras"

Pada bait pertama kita sudah dibuat bingung dengan diksi-diksi yang ada. Pada larik kedua terdapat diksi "ilalang panjang dan bunga rumput". Restoran mana yang menyediakan tumbuhan liar seperti ilalang dan rumput sebagai menu makanannya? Tentu tidak ada, bukan?Di sinlahmakna restoran memiliki arti tersendiri yang dibuat oleh Sapardi. Seperti yang sudah penulis katakan sebelumnya bahwa restoran di sini merupakan bentuk representasi dari suatu hubungan. Ilalang dan rumput merupakan tanaman liar yang dapat tumbuh dengan subur meski tidak dirawat. Menurut penulis larik ini merujuk pada makna perasaan cinta "aku" yang tetap tumbuh subur kepada "kau" meski diacuhkan.

Diksi "kita", "aku", "kau" merupakan representasi dari tokoh-tokoh yang akan dikisahkan dalampuisi ini. Jadi, sekarang kita sudah menemukan titik terang apa makna puisi dalam bait pertama ini yang menjelaskan kisah sepasang kekasih yang duduk atau dengan makna lain sama-sama sedang menjalin hubungan.

Tokoh aku yang dituliskan dalam puisi tersebut memiliki cinta yang begitu besar dan tumbuh dengan subur kepada kau. Namun, tokoh aku juga merasa bingung sekaligus sedih, karena tokoh aku tidak mengetahui bagaimana perasaan kau. Tokoh aku tidak pernah tahu bahwa kau mau membawa hubungan mereka ke mana? Makna ini dapat kita lihat pada diksi "kau entah memesan apa".

Meskipun aku bingung dan sedih, bersama dengan cintanya yang besar itu akhirnya aku memilih untuk menjadi batu besar di sungai terjal yang deras. Sebagaimana batu yang bersifat keras, begitu pula keteguhan cinta aku terhadap kau. Namun, yang perlu kau ingat bahwa batu tersebut berada di tengah sungai terjal yang deras di mana batu tersebut bisa terkikis dan melapuk. Sedikit demi sedikit. Cinta aku yang besar itu kepada kau akan surut dan terkikis habis jika kau tetap tidak membalas cintanya.

"Kau entah memesan apa
Tapi kita berdua saja, duduk
Aku memesan rasa sakit yang tak putus dan nyaring lengkingnya
Memesan rasa lapar yang asing itu"

Dalam bait kedua, kembali ditemukan diksi "kau entah memesan apa". Penulis memiliki persepsi bahwa pada bait ini tokoh aku kembali mempertanyakan tentang perasaan kau kepadanya. Tokoh aku seperti sedang meminta kepastian serta kejelasan cinta dari kau untuk dirinya.

Larik kedua pada diksi "tapi kita berdua saja, duduk". Seperti menjelaskan hubungan mereka yang masih terjalin, namun hanya diam tidak ada pergerakan, keduanya hanya sama-sama duduk bersisian dengan isi kepala masing-masing yang sangat ramai akan rentetan pertanyaan.

Aku kembali memesan (merasakan) rasa sakit yang tak putus (tiada henti), masalah-masalah yang memberi luka kepada hati aku terus berdatangan silih berganti hingga nyaring lengkingnya, semakin besar permasalahannya sehingga memusingkan kepala dan memberi kegundahan dalam hidup aku.

Dalam larik terakhir terdapat diksi "memesan rasa lapar yang asing itu". Hingga larik terakhir pun tokoh aku kembali direpresentasikan dengan diksi memesan yang bermakna merasakan atau menanggung rasa lapar, lapar akan cinta yang asing dari kau yang terus diharapkan oleh aku.

Setelah membaca dan mencoba untuk membedah makna puisi Di Restoran karya Sapardi Djoko Damono ini penulis dapat memberikan kesimpulan bahwa makna di balik puisi ini menyimpan masa-masa percintaan yang kelam antara dua insan yang berhubungan. Cinta tanpa balasan meski sudah mengorbankan perasaan, hati, dan keyakinannya terhadap seseorang yang didambakannya.

Polemik cinta yang dicitrakan dalam karya puisi ini memang sangat berkesinambungan dengan kisah percintaan kaum kota. Ketulusan cinta yang tertutup dengan besarnya ego antara satu belah pihak sehingga memberi luka antara satu sama lain. Pada akhirnya puisi Di Restoran ini dapat dijadikan ikon kepiluan kisah cinta setiap orang yang tidak memiliki keberuntungan dalam kisah percintaan.