Dunia perkuliahan memang berbeda dari jenjang pendidikan lainnya, ia yang masuk ke dalam sana harus beradaptasi dengan lingkungan yang ada. Tentunya proses adaptasi yang dilakukan akan mencakup semua hal, mulai dari cara pembelajaran, lingkungan pergaulan, juga berbagai hal yang familiar di kalangan mahasiswa.

Salah satunya adalah istilah kura-kura dan kupu-kupu yang pasti sudah tidak asing lagi untuk mahasiswa. Istilah ini sering kali dikaitkan dengan berbagai kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa. Mereka yang tidak mengikuti kegiatan di luar kelas akan mendapat julukan 'kupu-kupu' (kuliah-pulang kuliah-pulang) dan mereka yang aktif dalam berbagai kegiatan kampus akan mendapat julukan 'kura-kura' (kuliah-rapat kuliah-rapat). Hal ini selalu menjadi perbincangan hangat di lingkungan mahasiswa yang juga digunakan untuk menggambarkan seseorang.

Lulus dengan IPK yang baik memang menjadi impian dari semua mahasiswa dan hal tersebut diharapkan dapat mempermudah langkah mereka ke depannya. Si kupu-kupu memiliki lebih banyak waktu untuk fokus pada kegiatan akademisnya. Mereka yang masuk ke dalam tipe ini biasanya hanya datang ke kampus untuk mengikuti pembelajaran dan akan langsung pulang setelah kelas selesai.

Mahasiswa kupu-kupu cenderung tidak mengikuti banyak kegiatan di kampus dan waktu luang yang mereka miliki biasanya akan digunakan untuk mengerjakan tugas-tugas mata kuliah. Perpustakaan menjadi salah satu saksi bisu kegiatan mereka, tempat ini sering kali menjadi pangkalan si kupu-kupu. Mengerjakan tugas atau sekadar berhenti untuk membaca dan menambah wawasan, tempat ini dapat dikatakan lokasi favorit mahasiswa kupu-kupu. Banyak orang yang menilai si kupu-kupu sebagai mahasiswa introvert yang tidak mudah bergaul dan lebih suka melakukan kegiatannya sendiri.

Mahasiswa kupu-kupu pastinya memiliki karakter yang sangat berlawanan dengan si kura-kura. Saat si kupu-kupu lebih memilih fokus pada akademisnya, si kura-kura akan sibuk mengikuti berbagai kegiatan kampus. Rapat, menyiapkan materi presentasi, dan membuat proposal sudah menjadi makanan sehari-hari si kura-kura. Mereka adalah mahasiswa yang aktif bergabung dengan berbagai organisasi kemahasiswaan yang ada di kampus baik UKM, Himpunan, BEM, ataupun BPM.

Menurut si kura-kura, tidak lengkap jika selama perkuliahan hanya mendapat materi saja. Mengasah soft skills juga menjadi hal penting yang harus dilakukan. Pengalaman yang didapatkan dari kepengurusan menjadi nilai tambah bagi kita saat harus terjun ke lapangan nantinya. Mereka yang aktif di kampus akan belajar bagaimana bekerja sama dalam tim, mengatur waktu, cara berkomunikasi dengan baik dan efektif, menjadi pemimpin, dan masih banyak hal lainnya.

Hal-hal tersebut sering kali menjadi gambaran bahwa tipe kura-kura dianggap lebih baik atau lebih unggul dari si kupu-kupu. Pemikiran tersebut didapat dari anggapan bahwa mereka yang aktif akan memiliki pengalaman lebih banyak. Mereka yang aktif akan lebih sering mendapatkan berbagai kesempatan untuk mencoba hal baru. Dia dianggap lebih mampu menjadi representasi yang baik bagi kampusnya.

Sedangkan kupu-kupu dianggap sebagai golongan nerd yang tidak peduli dan terbuka akan lingkungan sekitar. Mereka dianggap kurang mampu untuk menjadi perwakilan atau mendapat kesempatan dalam berbagai hal. Tidak hanya itu, terkadang keberadaan mereka pun jarang diperhatikan sehingga semakin memperkecil peluang mereka untuk melakukan pekerjaan lain.

Hal tersebut yang biasanya menjadi pembeda antara kedua tipe tersebut, di mana pemikiran ini dapat membangun jurang pembatas antar mahasiswa. Rasa tidak diterima oleh sesama dan anggapan adanya tipe yang lebih baik dapat menimbulkan ketimpangan pandangan nantinya.

Namun, apakah pemikiran dan anggapan tersebut selalu benar? Tidak ada yang dapat membuktikannya secara nyata. Semua orang memiliki pilihannya masing-masing dan tidak ada yang salah akan hal tersebut.

Belum tentu mereka yang masuk dalam tipe kura-kura lebih baik dari si kupu-kupu. Banyak hal yang bisa menjadi alasan mengapa ia menjadi mahasiswa kupu-kupu, misalkan membantu orang tua atau bekerja paruh waktu di tempat lain. Selain itu mereka yang menjadi kupu-kupu memiliki kesempatan lulus tepat waktu yang lebih besar karena tidak harus memikirkan tugas lain dan hanya fokus pada pembelajaran. Kupu-kupu tidak perlu pusing untuk membagi waktu dan dapat mengerjakan hal lain seperti hobi atau memulai bisnis.

Begitupun dengan kura-kura. Tidak selamanya hal yang mereka kerjakan selalu berdampak positif. Aktif dalam berbagai kegiatan juga memiliki risikonya sendiri, seperti tidak bisa membagi waktu, penurunan IPK bahkan terlambat lulus.

Tidak ada yang lebih baik ataupun yang lebih buruk, semuanya disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing individu. Menjadi kura-kura memang memberikan pengalaman yang tidak bisa didapatkan jika kamu hanya duduk manis di kursi kelas. Menjadi kupu-kupu juga tidak selalu memiliki kesan apatis, mereka dapat fokus menjaga kestabilan nilai atau mengikuti berbagai kegiatan di luar kampus.

Tidak perlu membandingkan kedua tipe tersebut. Cukup pastikan bahwa apa yang kamu pilih sudah sesuai dengan keinginan diri sendiri.

Jadi, kamu masuk dalam tipe yang mana? Si kupu-kupu yang fokus dalam akademis atau si kura-kura yang identik dengan rutinitas rapatnya?