Dalam kehidupan manusia, tanpa disadari kertas memiliki peran yang sangat penting. Setiap kegiatan manusia tidak dari luput penggunaan kertas disekelilingnya, seperti buku tulis, print out, photocopy, majalah, koran, kardus-kardus snack dan bahan makan lainya, brosur-brosur promosi yang disebar luaskan pun menjadi pemborosan kertas karena sia-sia dan terbuang begitu saja. Anak-anak, remaja, hingga orang dewasa semua mengonsumsi kertas dengan berbagai keperluan.

Tanpa disadari hal itu membuat bumi harus kehilangan 1.733 hektare hutan setiap harinya. Indonesia sendiri setiap tahunya harus kehilangan hutan yang luasnya setara dengan pulau Bali. Ini menyebabkan manusia turut menyumbang terbesar pemanasan global (Global Warming). Karena kertas yang di pakai berasal dari pohon, dan satu batang pohon membutuhkan 5 tahun untuk dapat dijadikan bahan baku kertas. Itu pun apabila pohon tersebut termasuk pohon pertumbuhan jangka cepat.

Contohnya seperti pembuatan 15 rim kertas ukuran A4 akan menebang 1 pohon. Setiap 7000 ekslempar koran yang kita baca setiap hari akan menghabiskan 10-17 pohon hutan. Dalam satu hari ada berapa juta lembar kertas yang dipakai oleh orang Indonesia, dan ini artinya ada jutaan pohon di hutan yang harus ditebang untuk memenuhi kebutuhan itu.

Karena permintaan kertas yang sudah tidak bisa dibendung lagi. Segala cara pun dilakukan untuk menanggulangi hal tersebut, seperti di era digital saat ini banyak tekhologi yang canggih menawarkan kemudahan kepada manusia untuk lebih menghemat kertas, dengan mengirim surat tanpa perlu kertas, mengirimkan dokumen tanpa perlu kertas dll. Namun harus diakui secanggih apapun digital yag ditawarkan saat ini, peran kertas pun tetap tak tergantikan.

Kaum intelektual seperti mahasisiwa/i, para pekerja kantoran, dan anak-anak sekolah memiliki andil yang besar dalam penggunaan kertas setiap harinya. Mahasisiwa/i pada saat membuat tugas laporan yang berbentuk makalah atau dalam pembuatan skripsi biasanya menggunakan penulisan dengan margin 4-3-3-3 yang menyita banyak ruangan dalam lembar kertas. Memberi space kosong pada lembar kertas samping, atas dan bawah. Belum lagi tata aturan penulisan kaya ilmiah yang mengharuskan menggunakan spasi ganda yang lebih mempersedikit kata yang ditulis pada lembar kertas membuat mahasiswa mau tidak mau harus mengikuti tata aturan tersebut.

Laporan, makalah, karya ilmiah memang cara yang bijak untuk menemukan solusi dari segala permasalahan yang sedang dihadapi. Hanya saja, dalam prosesnya menimbulkan banyak masalah yang tanpa sadar sangat berpengaruh pada lingkungan, sama saja tidak ada pertanggungjawaban atas semua itu.

Sampai saat ini belum ada yang bisa menemukan pengganti kertas dalam banyak aspek kehidupan. Banyak kebutuhan kertas, berarti banyak juga pohon yang harus ditebang. Padahal, manusia membutuhkan pohon-pohon itu bukan karena sebab sebagai bahan baku kertas saja. Namun, pohon juga sebagai paru-paru dunia, sebagai benteng terhadap ancaman banjir, dan juga sebagai kelangsungan hidup manusia itu sendiri.

Cara terbaik yang perlu dilakukan saat ini, memanfaatkan teknologi yang tersebar luas di mana-mana. Dengan memaksimalkan pemanfaatan email oleh mahasiwa dan tenaga pendidik serta para pekerja kantoran dan lainya. Selain hemat kertas, mahasiswa juga terbantu untuk tidak mengeluarkan biaya yang lebih besar dalam mencetak tulisan di lembar kertas.

Tanggung jawab menjaga sumber daya kertas tentu tak hanya dipikul oleh para konsumen saja. Justru tanggung jawab itu semakin besar dipikul oleh pabrik-pabrik kertas. Karena mereka hidup dan memenuhi kebutuhan sehari-harinya dari pohon-pohon di hutan. Jadi, sudah seharusnya mereka juga cepat merestorasi dan mereboisasi hutan-hutan yang pernah mereka tebang pohonnya. Dengan demikian, siklus fungsi dan penggunaan kertas di era digital ini tetap akan berlangsung dengan aman. Untuk dunia yang lebih hijau dan lebih baik kedepannya demi kita bersama.