Logikanya, sebuah produk hiburan yang dibajak (film, musik, video game dsb) akan mengalami penurunan penjualan. Hal ini merupakan keniscayaan. Jika kamu menjual produk seni (komik, artwork dll) dan kemudian produk kamu itu dibajak (alias digandakan serta dijual tanpa ijin dari kamu sebagai pencipta/kreator) apa yang selanjutnya terjadi?

Sudah pasti kamu tidak akan mendapat keuntungan apa pun dari produk yang terbajak tadi. Kamu hanya mendapat profit dari karyamu yang resmi kamu jual. Bukan yang bajakan. Hal inilah yang setiap saat menjadi momok menakutkan dan menjengkelkan para kreator konten dunia. Rasanya tidak ada yang pernah bisa selamat dari praktik dan usaha pembajakan. Mulai dari film sampai video games.Semua produk, di satu titik tertentu, akan mengalami praktik dibajak.

Penjualan game Danger Gazers naik 400% pasca muncul di situs torrent

(Sumber gambar: Slide Share)

Tapi kadang terjadi juga sesuatu yang berlawanan dari logika. Bagaimana kalau sebuah game yang dibajak (di torrent) kemudian penjualannya secara digital malah naik 400 persen sebelum dibajak?

Untuk kamu yang sudah lama menggeluti soal download di internet tentu tahu apa itu torrent.

Penjualan game Danger Gazers naik 400% pasca muncul di situs torrent

(Sumber gambar: My Private Network)

Secara pengertian sederhana, torrent adalah fitur berbagi file/data/dokumen di internet yang mudah dan stabil. Memiliki istilah "Seeder" (penyedia data)dan"Leecher" (pengambil data), file yang di-torrent memiliki karakteristik berada di setiap komputer sehingga file tersebut akan terus hidup di dalam internet selama masih ada Seeder yang memiliki data bersangkutan di dalam media penyimpanan mereka (HDD) serta terhubung ke internet.

Secara teknis dan fungsi, torrent tentu saja berguna sebagai jalur serta sarana berbagi file (file sharing) yang cepat dan baik. Tapi ya secara praktik, torrent sudah kadung dikenal sebagai sarana lalu lintas data-data ilegal (bajakan) bersama data-data resmi lainnya.

Penjualan game Danger Gazers naik 400% pasca muncul di situs torrent

(Sumber gambar: Technologies Clusters)

Saat dirilis awal tahun kemarin, game berjudul Danger Gazers karya developer game ShotX Studio sama sekali tidak menimbulkan gelombang kehebohan. Game tembak-tembakan dengan sudut pandang 'top-down' (dilihat dari atas) ini tentu saja kesulitan menembus lapisan atas dari lautan games indie yang ada di toko online Steam.

Seminggu setelah rilis, bos developer Danger Gazer Shota Bobokhidze mengambil langkah ekstrem yang benar-benar tidak biasa dilakukan oleh seseorang yang sedang mencoba menjual karya digital mereka. Shota meng-upload/unggah game Danger Gazerz dalam format torrent di lapak torrent terkenal The Pirate Bay.Bukan demo game; melainkan game full version. Asli.

Penjualan game Danger Gazers naik 400% pasca muncul di situs torrent

(Sumber gambar: Steam Community)

Dan tanpa niatan maupun program tersembunyi pula. Tidak ada fitur yang mengharuskan kamu terkonek ke akun Steam. Tidak ada keharusan membayar apa pun. Game-nya full version tanpa masalah, klaim Shota Bobokhidze saat meng-upload Danger Gazers di torrent.

Namun dia menambahkan jika orang sudah mencoba game tersebut dan ternyata menyukainya, ShotX Studio berharap orang tersebut bersedia membeli versi asli/Steam seharga $9.99 saja.Apa yang terjadi setelah mereka melakukan hal gila tersebut?

https://www.youtube.com/watch?v=Nro2D_dmY9M

Menurut Bobokhidze (seperti yang dikatakannya kepada media Polygon) penjualan game mereka di Steam meroket naik hampir 400% dibanding sebelumnya. Sebuah angka fantastis tentunya. Dan (kalau mau jujur) tidak terduga sama sekali.

Menurut Bobokhidze, mereka menyadari kalau ada gamers di luar sana yang tidak bisa membeli game mereka (apa pun alasannya). Saya sendiri tumbuh besar di situasi di mana bajakan dan membajak game adalah satu-satunya cara untuk mendapatkan dan memainkan game baru, paparnya.

Ada gamers yang memang tidak bisa keluar uang untuk membeli game baru tapi mereka ingin tetap bisa berkontribusi seperti mempromosikan game secara mulut ke mulut atau lewat media sosial. Atau bahkan email dukungan seperti yang belakangan banyak kami dapatkan. Semua bentuk dukungan adalah berharga untuk kami agar tetap bisa berkarya di industri ini, sambung Bobokhidze lagi soal viralnya produk mereka pasca di-torrent-kan (oleh mereka sendiri).

Penjualan game Danger Gazers naik 400% pasca muncul di situs torrent

(Sumber gambar: YouTube)

Tidak semua pembeli di toko online Steam berupa mereka yang memang menyukai game Danger Gazers. Atau bahkan yang sudah mencoba torrent-nya.

Seperti klaim salah satu pembeli yang mengatakan kalau Sebenarnya game ini tidak begitu cocok/menarik untuk saya tapi saya gembira bisa mendukung developer game agar tetap berkarya dengan uang saya. Bobokhidze bahkan mengatakan kalau ada pembeli yang membayar lebih dari $9.99 (harga resmi game Danger Gazers) dengan alasan serupa; yaitu "dukungan kepada developer game agar bisa terus berkarya".

Menurut Bobokhidze, empati yang mereka berikan kepada publik lewat akses ke game mereka secara utuh lewat torrent dibalas secara positif oleh publik juga.

Saya bersyukur karena pesan yang ingin kami sampaikan lewat aksi torrent tersebut dapat dipahami dan diterima dengan baik oleh publik, kata Shota Bobokhidze mewakili ShotaX Studio.

Walau saya percaya ada banyak gamers seperti itu namun sepertinya berat untuk percaya kalau ada banyak gamers Indonesia (yang saya tahu) di antara mereka. Sejak era 80-an Indonesia sudah sangat terbiasa mengonsumsi game-game bajakan sehingga banyak gamers tidak terbiasa mengeluarkan uang untuk konten/disc/cartridge game original.

Memang belakangan mulai semakin banyak gamers Indonesia sadar akan pentingnya mendukung developer games dengan membeli game asli (lewat toko online Steam, PS Store dan juga dalam bentuk hardcopy), tapi mengurangi mental konsumsi video game bajakan masih sebuah langkah panjang dan berliku di Indonesia.

Karena saat kamu membaca komentar Ah buat apa (beli game original) kalo cuman ngenak-ngenaki/bikin kaya mereka (developer game) saja di internet dan berasal dari gamer Indonesia, saat itulah kamu sadar kalau kita masih butuh waktu panjang untuk mengikis mentalitas demikian.

Tapi kita bisa jadi pionirnya. Kalau mau.