Kamupernah mendengar mengenaireverse psychology? Jika belum, coba perhatikan contoh di bawah ini.

"Jangan rindu, berat. Kamu nggak akan kuat, biar aku saja."

Kamu tentutahu kan quotes di atas? Nah, kalimat tersebut bisa dikategorikan sebagai reverse psychology loh!

Kamu pasti bertanya-tanya, kok bisa quotes tadi termasuk reverse psychology?Sebelum membahas ke sana,kamu harus tahu terlebih dahulu definisi reverse psychology.

Reverse psychology adalah teknik di mana maksud dari pesan, posisi atau tindakan adalah kebalikan dari apa yang dinyatakan atau dilakukan (Macdonald et al., 2017). Posisi, pernyataan, atau tindakan awal yang dinyatakan seseorang dilakukan untuk membuat penerima melakukan hal yang sebaliknya. Dalam banyak situasi, orang secara psikologis berkeinginan untuk bereaksi terhadap stimulus dengan menentangnya atau mengabaikannya (Gergen et al., 1973). Hal ini dimungkinkan untuk memahami dan menetapkan situasi apa saat ini, serta bagaimana reaksi bervariasi dan terulang kembali (Gergen et al., 1973).

Penulis artikel Reverse Psychology Tactics in Contemporary Marketing(2016), Sinha dan Foscht, menjelaskan reverse psychology melibatkan metode yang digunakan secara paradoks dari sudut pandang teoretis. Subjek bereaksi dengan cara yang tidak diminta, sehingga tampak paradoks. Reverse psychology menampilkan kontras dan reaktansi, keduanya merupakan konsep yang terkenal di bidang psikologis (Brehm, 1966, 1989).

Jadi intinya, reverse psychology adalah teknik manipulasi yang membuat orang melakukan sesuatu dengan mendorong mereka untuk melakukan yang sebaliknya. Reverse psychology dapat berbentuk seperti melarang perilaku, mendorong kebalikan dari perilaku, dan mempertanyakan kemampuan seseorang untuk melakukan perilaku. Nah, quotes tadi termasuk reverse psychology karena dapat membuat Milea melakukan perilaku yang sebaliknya, yaitu rindu.

Dalam penerapannya, reverse psychology juga digunakan dalam dunia marketing dan advertising loh! Di dalam dunia marketing dan advertising, reverse psychology mempunyai tujuan untuk membuat konsumen penasaran dan akhirnya mencoba, membeli produk maupun melakukan kampanye yang ditawarkan. Mereka membuat iklan yang seakan-akan menjatuhkan produknya, namun hal ini dapat membuat para konsumen penasaran dengan produk yang ditawarkan. Tentu saja teknik marketing seperti ini berisiko, namun beberapa perusahan telah sukses menggunakan reverse psychology.

Nah, berikut ini adalah beberapa penerapan reverse psychology dalam dunia advertising.

1. Volkswagen.

Pabrikan mobil asal Jerman ini menggunakan reverse psychology dalam iklannya pada tahun 1966. Mereka menggandeng bintang NBA Wilt Chamberlain dalam pembuatan iklan tersebut. Pesan yang disampaikan oleh Volkswagen adalah meskipun mobil Volkswagen berukuran kecil, siapa pun yang mempunyai tinggi di bawah 6 kaki 7 inci dapat mengendarainya dengan nyaman.

2. Patagonia.

Pengertian reverse psychology dan penggunaannya dalam dunia marketing

Pada tahun 2011, Patagonia meluncurkan produk jaket dengan tagline"Dont buy this jacket". Ketika konsumen melihat iklan tersebut akan terbesit di pikiran mereka rasa penasaran akan produk yang ditawarkan. Sehingga, para konsumen pun membeli jaket yang ditawarkan karena reaksi atas tagline yang dibawakan dalam iklannya.

3. Zooba.

Pengertian reverse psychology dan penggunaannya dalam dunia marketing

Pada tahun 2016, sebuah gerai makanan lokal asal Mesir mengolok-olok diri mereka di hadapan para konsumen dengan cara mengumpulkan ulasan negatif. Mereka memulai kampanye dengan mempublikasikan opini negatif dalam skala besar. Dalam kampanyenya, mereka mengumumkan peluncuran berbagai varian sandwich baru dengan harga lebih rendah.

4. British Army.

Pengertian reverse psychology dan penggunaannya dalam dunia marketing

Kali ini yang memakai reverse psychology bukanlah sebuah perusahaan maupun brand, tapi Angkatan Darat Inggris! Iklan yang disuguhkan menampilkan pesan "Jangan bergabung dengan tentara. Jangan menjadi dirimu yang lebih baik."

Poster tersebut ditujukan untuk Gen Z. Angkatan Darat Inggris berharap bahwa dengan demografis yang altruistik, berpikiran terbuka, dan mandiri akan menimbulkan keinginan generasi tersebut untuk melakukan sesuatu yang penting dalam hidup, yaitu berkarier di Angkatan Darat.

Reverse psychology marketing menghadirkan pendekatan baru yang menjanjikan untuk membedakan merek di dunia informasi yang berlebihan. Penggunaan taktik Revenue Performance Management (RPM) dapat menyampaikan rasa misteri dalam beberapa situasi, eksklusivitas dalam situasi lain (J. I. Sinha, 2016. Brown, McDonagh & Clifford, 2013).

"Less is more"menciptakan antisipasi pada konsumen. Secara keseluruhan, hal ini meningkatkan minat konsumen dengan sesuatu yang baru dan berbeda, dengan cara yang tidak dapat dicapai oleh pemasaran tradisional. Sementara pemasaran tradisional mencoba menemukan keinginan konsumen dan memenuhinya, reverse psychologymarketing kurang memperhatikan apa yang diinginkan konsumen massal tetapi apa yang menurut perusahaan tepat untuk dirinya sendiri atau untuk pelanggan inti mereka (I. Sinha & Foscht, 2007).