Bukan rahasia lagi kalau sampah plastik merupakan masalah besar bagi lingkungan. Kita memproduksi 300 juta ton plastik setiap tahun dan 8 juta ton plastik dibuang ke laut setiap tahunnya. Bahkan, diperkirakan 100 ribu biota laut mati akibat plastik setiap tahun.

Selama ini banyak pengolahan sampah plastik yang tidak ramah lingkungan, salah satunya dengan membakarnya. Plastik yang dibakar akan mengeluarkan molekuldioxinyang beracun yang selanjutnya dapat dibawa oleh hujan dan dapat meracuni sumber air.

Russel Maier, pemerhati lingkungan asal Kanada memperkenalkan metode baru pengolahan sampahplastik. Metode pengolahan plastik yang kreatif itu bernama ecobrickyang dapat menghasilkan berbagai barang bermanfaat. Ia datang ke PerumBPI RW10 bersama sang istri yang bernama Ani Himawati pada 25 Februari 2020 lalu.

Russel Maier dan Ani Himawati datang ke Perum BPI RW 10 dalam rangka memberikan pelatihan tentang ecobrick kepada ibu-ibu PKK RW 10. Selain itu sepasang suami istri yang peduli terhadap lingkungan ini mempunyai persamaan visi dan misi, keduanya akhirnya memutuskan untuk mengampanyekan gerakan ecobrick, seperti dikutip dari radarsemarang.jawapos.com.

Mereka mendirikan sebuah organisasi Global Ecobrick Alliance. Dikutip dari ecobricks.org, organisasi tersebut menjadi wadah bagi sesama pegiat ecobrick di seluruh dunia untuk berbagi mengenai perkembangan dan semangat mengurangi sampah plastik di masing-masing negara. Bahkan mereka pun sering diundang ke berbagai negara untuk memberikan pelatihan dan pemahaman apa itu dan bagaimana cara membuat ecobrick yang baik dan benar.

Russel Maier dan Ani Himawati memberi apresiasi terhadap ibu-ibu RW 10 yang sangat kreatif dalam membuat hasil ecobrick. Ia melanjutkan, sebenarnya mengurangi plastik bukanlah tujuan utama dari gerakan ecobrick. Namun dirinya lebih menekankan adanya gerakan pemberdayaan masyarakat di mana ecobrick dapat membuat mereka berkumpul dan berkarya bersama. Karena itu, dirinya mendorong masyarakat untuk sedikit demi sedikit belajar bagaimana cara membuat ecobrick. Sehingga secara bersama-sama gerakan tersebut dapat berjalan secara masif dan memberikan dampak signifikan penggurangan limbah plastik.

Ketua Program Kampung Iklim Purwoyoso Kepedulian Lingkungan Bakti Persada Indah (Proklim Purwokeling BPI) RW 10 Kelurahan Puwoyoso yang juga trainer ecobrick, Eko Gustini Wardani mengaku senang dengan kedatangan suami istri penemu dan pegiat ecobrick di kampungnya. Hal tersebut dimanfaatkan warganya untuk mendapat pengetahuan lebih mendalam mengenai ecobrick dari ahlinya. Sehingga mereka dapat semakin termotivasi dan bersemangat untuk terus menggiatkan gerakan ecobrick, seperti dikutip dari radarsemarang.jawapos.com.Selain itu jugaia berharap kegiatan ecobrick tidak hanya dalam lingkup lingkungan RW 10 saja, tapi bisa berkembang ke pelosok daerah atau kelurahan lainnya dan juga ke Kota Semarang.