Membaca ialah upaya merengkuh makna, ikhtiar untuk memahami alam semesta. Itulah mengapa buku disebut jendela dunia, yang meransgsang pikiran agar terus terbuka. Karena budaya membaca prasyarat menjadi bangsa yang hebat ujar Najwa Shihab, Duta Baca Indonesia 2016-2020.

Terbukanya pikiran merupakan satu dari sekian banyak arti kemerdekaan yaitu terlepasnya seseorang dari belenggu ketidaktahuan. Bertambahnya ilmu mengisyaratkan kemudahan dalam menggapai kesusksesan karena Nabi Muhammad Saw bersabda, Bagi kita yang ingin sukses maka ketahui dan pelajari ilmunya. Maka jika ingin sukses di dunia ada ilmunya, begitu pula jika ingin sukses di akhirat ada ilmunya.

Maka jika ingin sukses kedua-duanya pelajari ilmunya. Hal yang sama juga berlaku untuk orang tua yang ingin anak-anaknya sukses. Seperti membiasakan aktivitas membaca yang bermanfaat, dalam rangka menambah ilmu bagi anak sejak dini. Namun, para prakteknya banyak orang tua yang merasa kesulitan dalam hal tersebut. Pertanyaan yang sering muncul dalam benak beberapa orang tua, ibu khususnya adalah Bagaimana cara agar anak suka membaca buku?

Mari kita coba menjawab pertanyaan ini dengan belajar dari negara maju seperti Jepang. Sebuah artikel menuliskan satu dari 10 kebiasaan yang dimiliki masyarakat Jepang menjadikan mereka mudah sukses dan berdampak pada kemajuan Negaranya adalah mereka selalu membaca buku dimana pun mereka berada. Contohnya dalam kereta listrik hapir semua penumpang baik tua maupun muda sibuk dengan aktivitas membaca buku (Idntimes, 2017).

Tetapi jangan heran bila anda berkunjung kesana mendapati anak-anak kelas 1 SD (Sekolah Dasar) masih belum mampu membaca sebaik anak-anak di Indonesia. Namum, memasuki usia 10 tahun hingga dewasa mereka lebih haus membaca (Adhim, 2015). Salah satu penyebabnya adalah antusiasme atau minat baca yang tinggi. Minat baca inilah yang penting untuk diperhatikan, ditumbuhkan, dipupuk, dan diperkuat sejak dini.

Kapan kita boleh mengajarkana anak membaca? Tentu saat anak telah memilki kesiapan membaca. umumnya anak memilki kesiapan membaca pada usia enam tahun. Tetapi, J. P. Chaplin, mengutip beberapa eksprimen membaca muktahir, menyatakan bahwa anak bisa mencapai kebiasaan membaca lebih awal, yaitu saat anak berusia dua sampai tiga tahun.

Teori ini sejalan dengan pendapat klasik dari Havighurst bahwa mengajar haruslah pada saat anak berada dalam kondisi yang tepat untuk belajar. Ajari anak saat ia mempunyai kesiapan, menurut pendapat klasik lainnya yang dikemukakan oleh Crow & Crow. Beberapa dampak negatif akan timbul jika memperikan pembelajaran pada anak sebelum atau bahkan sesudah masa kesiapan.

Mungkin, disebabkan berpijak pada teori ini. Sampai sekarang guru TK (Taman Kanak-kanak) dilarang mengajarkan membaca kepada anak. Ketentuan ini tidak sepenuhnya salah karena memang banyak guru TK dan orang tua yang berambisi agar anak cepat membaca sehingga anak kelebihan beban belajar. Mengajarkan membaca saat anak belum memiliki kesiapan bisa berakibat buruk. Apalagi, jika guru maupun orang tua memaksakan kehendak pada saat anak menampakkan isyarat penolakan.

Namun, ketentuan ini tidak pula sepenuhnya benar. Kita tidak harus menunggu secara pasif kesiapan membaca yang umumnya ada pada usia enam tahun. Megajarkan membaca pada anak Paul C. Burns bersama dua orang temannya, Betty D. Roe dan Elinor P. Ross, menulis dalam Teaching Reading in Todays Elementary School, Para pendidik modern tidak percaya bahwa kesiapan harus ditunggu secara pasif. Mereka percaya bahwa kesiapan merupakan sebuah tahap yang anak-anak dapat dibimbing untuk memasukinya.

Burn dan kawan-kawan juga menegaskan bahwa kesiapan membaca pada anak dapat diransang dengan memberikan pengalaman pramembaca. Kalau pengalaman pramembaca sudah kita berikan pada usia dua tahun, kita bisa berharap pada usia TK anak sudah memiliki kesiapan membaca, bahkan bisa lebih cepat jika pengalaman tersebut lebih awal pula diberikan.

Memberi pengalaman pramembaca kepada anak dapat dilakukan dengan membacakan kisah atau mendongengkan buku-buku yang baik untuknya saat masih kecil bahkan saat usia 0-6 tahun. Karena pada masa itu otak sangat mudah menyerap segala informasi. Masa itu otak berkembang sangat pesat. Sehingga mengalaman baik yang didapatkan pada masa-masa tersebut akan mudah menjadi kebisaan/kesukaan di masa pertumbuhan selanjutnya.

Membacakan buku kepada anak sebelum mereka tidur di usia keemasan inilah yang rajin dilakukan orang tua di Jepang. Aktivitas ini ternyata efektif untuk mengenalkan kebisaan membaca bagi anak sejak dini. Membacakan buku yang banyak gambar sedikit kata-kata atau lazim dikenal dengan WPB (Wordless Picture Book) menambah semangat anak untuk membaca. Penggunaan intonasi suara yang berbeda-beda juga mempengaruhi daya ingat anak dalam mendengarkan cerita dari buku yang dibacakan.

Pemberian pengalaman pramembaca yang baik akan berdampak baik pula pada peningkatan pola pikir anak. Menurut Mohammad Fauzil A. dalam buku Membuat Anak Gila Membaca, Buku bergambar atau dengan ilustrasi dapat dimanfatkan orang tua untuk memberikan pengalaman pramembaca yang sangat berharga bagi anak. Biarkan anak mengapresiasi apa yang dilihatnya. Luangkan waktu yang cukup untuk mendengar dan menghargai, serta mintalah anak untuk mengukapkan apa pendapatnya tentang ilustrasi. Dengan begitu kita memberi kesempatan pada anak untuk berpikir mengelola informasi yang ia peroleh.

Selain itu menerapkan jam wajib baca di rumah juga efektif untuk membiasakan anak pada lingkungan baik ini. Saat semua anggota keluarga sepakat membaca pada jam yang sama akan lebih mudah bagi anak untuk terbiasa dengan kegiatan tersebut. Tetapi yang paling penting, peran orang tua dalam memberi contoh. Dimana jam wajib baca ini tidak berlaku lagi jika orang tua dengan penuh kesadaran telah menetapkan jam wajib baca bagi dirinya sendiri. Setelah itu, orang tua dapat mengajak anak untuk membaca dan pada akhirnya anak memilki jam wajib bacanya sendiri.

Lakukan pengalaman pramembaca bagi anak sejak dini, biasakan kegitan membaca di depan anak di rumah. Benar adanya buku adalah jendela dunia, tapi untuk membukanya anak perlu kita wahai orang tua. Semoga bermanfaat!