Rabu, 11 Maret 2020 World Health Organization (WHO) menetapkan Covid-19 sebagai pandemi global, dengan 118 ribu kasus dan penyebarannya telah mencapai 114 negara. Artinya, perjalanan Covid-19 sebagai pandemi sudah terjadi hampir satu tahun. Dan hingga saat ini di Indonesia telah terkonfirmasi sebanyak 1.26 juta kasus.

Pandemi Covid-19 bukan menjadi satu-satunya pandemi yang pernah dihadapi Indonesia, setidaknya terdapat empat pandemi yang pernah masuk ke Indonesia, yaitu HIV/AIDS, Flu Asia, Flu Babi, dan Flu Spanyol. Akan tetapi tidak seperti pandemi sebelumnya yang hanya menimbulkan masalah kesehatan, Covid-19 menimbulkan masalah yang lebih kompleks dan sangat memengaruhi kondisi sosial dan psikologi pasca pandemi.

Perubahan kondisi sosial yang merupakan salah satu dampak dari pandemi adalah menurunnya nilai komunalitas masyarakat Indonesia. Sifat virus yang anonim membuat manusia saling mencurigai terhadap sesama. Kekhawatirannya memang mendasar, yaitu ketakutan virus yang dibawa orang lain saat berinteraksi.

Sentimen sosial yang negatif juga sangat berpengaruh terhadap menurunnya nilai komunalitas masyarakat. Karantina hingga pengasingan terhadap penderita Covid-19 akan sangat berpengaruh terhadap perasaan dan ikatan bersama yang dimiliki masyarakat Indonesia. Pengaruh lainnya adalah physiological needs atau kebutuhan fisiologis, kenapa bisa? Keadaan ekonomi masyarakat yang menurun akibat terjadinya resesi oleh negara dan PHK yang dialami oleh masyarakat membuat masyarakat mencoba untuk surviveguna memenuhi kebutuhan fisiologisnya sendiri dan menjadi lebih individualistik.

Lalu, apakah dengan berakhirnya pandemi kondisi sosial tidak akan berubah? Kita akan menjawabnya dengan teori Psikoanaisis Freud. Dalam teorinya Freud mengemukakan masa lalu sangatlah berpengaruh dalam membentuk perilaku manusia, terlebih lagi jika peristiwa tersebut sangat berkesan baik secara euforik maupun traumatik.Pada hal ini peristiwa pandemi saat ini memaksa manusia untuk lebih survive, individualistik, dan memikirkan kebutuhan fisiologis sendiri sehingga pada saat pasca pandemi manusia akan lebih cenderung mengulangi perilaku pada masa pandemi ini saat mengalami kesulitan.

Freud juga berpendapat bahwa terdapat naluri hewani manusia yang disebut ID. ID bertindak sebagai dorongan primitif manusia dalam memenuhi kepuasan yang ingin dicipai, Freud mengemukakan terdapat dua jenis insting di dalam ID yaitu, insting hidup (Eros) dan insting mati(Tanatos).

Eros atau insting hidup berfungsi untuk menjamin survival dan reproduksi manusia seperti lapar, haus, hingga kebutuhan seks. Eros akan terus mendorong manusia untuk mengejar kepuasan dari kebutuhan fisiologisnya, termasuk menjadi lebih egois dan individualistik. Pada kasus pandemi saat ini dengan menurunnya ekonomi dan tidak terpenuhinya kebutuhan seks (khususnya orang yang dikarantina) eros akan mendorong masyarakat memenuhi kebutuhannya diri sendiri tanpa memedulikan orang lain.

Lalu, bagaimana dengan tanatos atau insting mati manusia? Menurut Freud jika eros tidak mampu memenuhi rasa kepuasan manusia akan muncul tanatos dengan bentuk menyalahkan diri sendiri, menyakiti diri, hingga melakukan suicide atau bunuh diri.

Orang-orang yang mampu bertahan dalam memenuhi kebutuhannya atau eros mampu menyelesaikan tugasnya dengan individualistik berkemungkinan akan tetap menjadi individual pasca pandemi. Hal ini dikarenakan masa pandemi yang cukup lama dan ketidakpastian berakhirnya masa pandemi akan mengakibatkan sifat individual manusia, bukan lagi sekadar untuk mencapai kepuasan pada kebutuhan fisiologisnya, akan tetapi telah menjadi sebuahkebiasaan baru pada manusia dan mengakibatkan menurunnya komunalitas masyarakat.