Menanggapi artikel, saya ingin menyumbangkan opini pribadi mengenai sisi lain menjadi seorang ibu rumah tangga di Indonesia ataupun dimana saja.

1. Tidak memiliki jam kerja yang pasti (adalah mitos).

Mengapa itu mitos? Karena dengan adanya teknologi yang semakin canggih, sebenarnya ibu RT jaman sekarang makin gampang manage jam kerja. Walaupun tanpa gadget, sebenarnya para ibu rumah tangga perlu dan bisa belajar otodidak ilmu manajemen. Management skill khususnya di time management; untuk bisa manage time sama seperti pekerjaan lainnya (yang non-domestik). Dan ingat itu membutuhkan proses dan harus diiringi dengan kebutuhan keluarga. Seringkali mungkin karena di pikiran wanita-wanita yang berprofesi ibu RT ini, mereka harus mengerjakan semuanya dan malangnya mereka melupakan prioritas. Yang sebenarnya adalah hal yang wajar dan sering terjadi di semua orang, karena tidak merencanakan atau terlalu banyak perencanaan. Jam kerja harusnya kita bisa atur dan hendaknya kita jangan langsung menyerah sewaktu list yang ingin kita lakukan tidak tercapai. Semua kerjaan adalah give and take, kita mesti bisa berkompromi dan ingat manusia berencana tetapi tetap Yang Berkuasa menentukan arah jalan kita. ^_^ Bukan artinya kita pasrah, tapi sudah tidak bisa dipungkiri banyak sekali teman-teman wanita saya memforsirkan diri mereka sendiri sehingga lupa kalau mereka in control. Ibu bijak bisa belajar berkata cukup kepada dirinya sendiri.


2. Seringkali malu mendatangi reuni.

Ini adalah sesuatu yang sangat subjektif menurut saya. Saya pribadi suka sekali dengan reuni. Tetapi memang benar, awal awal musim reuni dimulai itu saya suka kelabakan karena sudah terlalu lama tidak make up atau bersosialisi lebih luas, sehingga awal-awal suka panik sendiri karena saya sudah berubah (lupa cara make up, barang-barang make up tidak selengkap dulu, merasa tidak pe-de karena tidak update dengan dunia fashion, dsb). Menurut saya, semua itu wajar saja seandainya itu terjadi. Karena prioritas ibu-ibu rumah tangga adalah keluarga mereka, sehingga mereka sering kali mengabaikan kebutuhan pribadi mereka dan alhasilnya mereka perlu waktu untuk bisa kembali bersosialisasi lagi dengan teman-teman lama. Pedoman pribadi saya dan yang selalu mendorong saya untuk selalu maju tanpa mundur di saat reuni adalah pepatah ini: True friends stays forever. Jadi teman sejati tidak akan mempermasalahkan apa sih profesi kamu dan begitulah hendaknya kamu. Karena sahabat adalah untuk selamanya walaupun sempat ada jarak dan waktu yang memisahkan mereka. Reuni bisa menjadi ajang networking. Tetapi ingat, reuni sesungguhnya adalah untuk berkumpul kembali dengan guru-guru dan teman-teman lama anda dan ini adalah salah satu kesempatan untuk bisa berkomunikasi lagi.


3. Tertekan ketika ditanya apa pekerjaannya.

Hmmm... menurut saya ini adalah mindset. Mindset ibu-ibu yang lupa update wisdom. Tanpa ada maksud lain terhadap semua ibu-ibu rumah tangga setanah air dan seluruh dunia, ijinkanlah saya bercerita mengapa saya mengatakan demikian. Beberapa tahun yang lalu, saya pernah tertekan sewaktu ditanya saya kerja apa? Saya selalu menjawab saya jaga anak. Waktu itu saya tidak mengerti kalau ibu rumah tangga itu ada bahasa masa kininya loh.... Bahasa kerennya adalah Home Manager. Para ibu secara otomatis adalah manager keluarga, yang memang cakupan kerjaannya banyak. Tidak kalah banyaknya dengan direktur sebuah perusahaan bonafid. Saya percaya saya tidak perlu mengulas panjang lebar perihal ini. Bagaimana moms? Setuju?


4. Sering menangis tanpa sebab yang jelas.

Ini adalah blessing in disguise. Hanya ada 2 penyebab wanita menangis. Tangisan kebahagian ataupun tangisan kesedihan. PS: Tangisan karena memotong bawang bombay tidak termasuk yah. Let's admit those cries. There is nothing wrong with it and it will never be a sin. Kita menangis karena kita merasa tidak berdaya, walaupun hanya masalah sepele saja. Anak pertama saya sewaktu masuk playgroup pertama kali, dan ternyata bisa masuk sendiri tanpa merasa takut. I'm so proud of her tapi saya merasakan suatu kesedihan, anakku sudah makin besar dan saya tidak biasa ditinggal begitu... Yup... it happened to me. Anak kedua saya nangis terus waktu saya tinggal ke playgroup, bagaikan ada sebuah peniti yang menusuk hatiku mendengar sang buah hati menangis. Tangisannya boleh bikin drama korea (I mean it). Tangisan di malam hari sewaktu akan tidur karena pekerjaan suami mengalami masalah. Ini semua adalah proses, tidak semua ibu-ibu mengalaminya tapi itu adalah hal yang wajar didalam kehidupan manusia. Bahkan jangan lupa ini bisa terjadi kepada siapa saja. Hanya saja saran saya, seandainya bunda keseringan menangis tanpa sebabnya. Bisa jadi bunda memerlukan teman bicara ataupun diskusikan ke dokter yang terpercaya. Karena bisa jadi itu adalah penyakit depresi dan itu bisa disembuhkan. :D


5. Sering merasa tidak bermanfaat.

Nah moms, hati-hati seandainya Anda sering merasakan ini. Mindset memang pengaruh tetapi bunda tentunya pernah denger "You are what you eat". Terserah mom termasuk tipe sifat yang kolerik, melankolis dll, mungkin yang sedang terjadi adalah ketidakseimbangan hormon didalam tubuh Anda. Ada organisasi yang meneliti hubungan emosi dan makanan. Terbukti bahwa seandai badan kita tidak diberikan gizi yang cukup ditambahkan dengan gaya hidup yang tidak sehat, itu semua akan mempengaruhi mood kita. Mengapa gizi kita tidak cukup? Karena banyak moms yang tidak sengaja terperangkap di permainan menghabiskan sisa makanan anak, atau terlalu capek untuk makan atau makan seadanya agar kejar waktu itu dan ini.


Semoga artikel ini bermanfaat untuk para bunda. Salam berjuang! Life is a learning journey! Never stops learning!